Klompen atau bakyak kayu yang biasa disebut selop dalam bahasa jawa ternyata juga merupakan khas tradisional masyarakat Belanda. Terbuat dari kayu Pinus dan dicat warna kuning biasanya. Dipakai oleh para petani dan peternak untuk menutupi kakinya dari kedinginan, karena kondisi cuaca Belanda yang sangat dingin apalagi banyak angin. Klompen ini Dipajang jelas di sebuah perkampungan tradisional di Belanda “De Zaanse Schans” yang sekarang ini menjadi lokasi objek wisata turis melihat budaya asli Belanda tempo dulu.
Dan memang hampir banyak kesamaan tradisi dan budaya tradisional jawa di Indonesia dengan budaya di Belanda. Termasuk dari segi bahasa Jawa yang juga sama dengan bahasa Belanda. Contohnya Sepeda sebutannya Pit (fiets), jalan-jalan sebutannya Plesir (plezier), jok sepeda sebutannya Sadel (zadel), kereta api sebutannya Sepur (spoor), lap kain sebutannya Serbet (servet), dihukum sebutannya Setrap (straf), dan Pensil sebutannya Potlot (potlood). Tentunya kesamaan ini pastilah ada pengaruhnya baik dari belanda sendiri atau dari tradisi Jawa, karena Belanda telah menjajah Indonesia selama kurang lebih 350 tahun.
Jalan-jalan ke Zaanse Schans bisa ditempuh dengan mobil pribadi atau menyewa bus tour guide. Perjalanan menuju Zaanse Schans bisa ditempuh dari Amsterdam atau schipol kurang lebih 28 - 30 KM. Sesampainya di Zaanse Schans para turis akan disambut senang dengan pemandangan indah hamparan danau yang bersih dan kincir angin kayu tradisional yang berjejer rapih. Dari tulisannya saya melihat dibangun sejak tahun 1672 an. Betul-betul sejarah Belanda yang masih menyimpan rasa takjub dengan teknologi memanfaatkan angin dengan kincir dan turbin kayu yang begitu besar pada zaman itu.
Ditemani oleh jamaah PPME al-Ikhlash Amsterdam, Pak Mukhlis Oening, 8/5/2019 saya mendatangi Zaanse Schans yang kebetulan banyak juga turis-turis dari macanegara berdatangan ke sini untuk mengabadikan gambar dan belajar tentang sejarah peternakan dan kampung ramah lingkungan pembuat keju dan coklat di Belanda. Para turis datang ke sini karena di musim dingin ini adalah saatnya High Season, atau bulannya turis beradatangan ingin liburan dan menikmati keindahan Eropa dan khususnya Belanda.
Bukan hanya belajar tentang sejarah tempo dulu Belanda, di sini juga diperlihatkan bagaimana proses pembuatan keju berkualitas sebesar rebana dari mulai pemerahan susu, pemasakannya, sampai hasilnya menjadi keju. Termasuk juga ditampilkan tentang pembutan biskuit dan wafel yang lezat dengan alat-alat cetaknya yang masih tradisional terbuat dari cetakan kayu.
Di sini juga diabadikan sejarah pertamanya toko Albert Heinz yang melegenda dan sekarang sudah banyak cabang tokonya, dimulai dari hanya dengan sepeda sampai warung kopi, dan akhirnya sukses menjadi salah satu ritel besar kenamaan asal Belanda. Di sini ada juga pabrik zaman dulu pembuat drum kayu untuk menampung beer.
Zaanse Schans adalah kampung sejarah. Bagaimana mereka memanfaatkan kondisi yang sulit menjadi mudah dan memberikan kontribusi besar terhadap pendidikan. Dengan belajar seperti ini, kita jadi tahu bahwa sejarah Belanda tempo dulu memang sudah mengagumkan dan patut dijadikan sebagai referensi untuk menghargai perjuangan dan kreatifitas orang-orang zaman dulu.
)* Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ichsan Bontang, Dai Tidim Jatman, Dai Ambassador Cordofa, Dosen Stitsyam Bontang, Guru PAI SMA YPK Bontang, Muballigh LDNU Bontang, Imam Masjid Agung Al-Hijrah Kota Bontang, Penulis Buku: Fathul Khoir – Memahami Tajwid dengan 300 bait Syair, Perjalanan Dakwah di Eropa, Al-Ma’shumi – Metode mudah belajar Alquran, Pengantar Mata Kuliah Praktek Keterampilan Ibadah, Fiqih al-Hijrah – Kumpulan Tanya Jawab Fiqih di al-Hijrah
Posting Komentar