Oleh: H. Khumaini Rosadi, SQ, M.Pd.I )*
Di mana pun bumi dipijak, di situ pun langit dijunjung. Artinya di mana pun kita berada, kita harus menghormati dan mengikuti adat istiadat, budaya, peraturan, dan hukum yang berlaku di tempat itu.
Sekarang saya berada di Belanda. Maka saya harus mengikuti adat istiadat, budaya, peraturan, dan hukum yang berlaku di Belanda. Tentunya yang positif. Bukan sengaja mengikuti yang negatif, atau istilahnya aji mumpung berada di Belanda. Termasuk hukum dan waktu berpuasa. Harus ikut waktu Belanda, bukan waktu Indonesia.
Selama satu bulan penuh saya akan berpuasa di Belanda. Hingga sekarang ini, 16/5/2019 waktu berpuasa di Belanda beranjak naik secara drastis. Hari ini mulai berpuasa pukul 03.46 dan berbuka pukul 21.32 waktu Belanda. Setiap hari waktu shubuh bertambah naik 2 menit. Sedangkan waktu berbuka semakin naik setiap harinya antara 1-3 menit. Alhasil, waktu berpuasa semakin panjang.
Ketika pertama kali saya datang ke Belanda, waktu berpuasa dimulai dari pukul 04.18 sampai 21.07. artinya berpuasa masih 17 jam. Semakin ke sini, di pertengahan puasa, secara drastis beranjak naik mencapai 18 jam. Apalagi nanti di akhir-pakhir puasa, akan bertambah panjang lagi waktu berpuasanya menjadi 19 jam, yaitu dimulai berpuasa pada pukul 03.19 sampai 21.52. Ya Allah berilah kami kekuatan iman dan kesabaran dalam menjalankan puasa di Belanda.
Berpuasa di Belanda memang unik. Menahan lapar dan dahaga menjadi tidak terasa berat karena kondisi cuaca yang dingin. Di dalam ruangan kamar pun meskipun tidak memakai AC dan kipas angin tetap terasa dingin. Sehingga mengundang rasa dan keinginan yang lain, tidur. Mudah-mudahan menjadi tidur yang bernilai ibadah, karena tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah.
Untuk menambah khidmat dan nilai ibadah pada puasa Ramadhan ini, saya dan jamaah PPME (Persatuan Pemuda Muslim se-Eropa) al-Ikhlash Amsterdam mengadakan pengajian setiap hari. Dua jam sebelum berbuka diadakan pengajian talaqqi dan tahsin alquran, yaitu membaca bersama-sama dengan mengikuti contoh bacaan yang saya lantunkan kemudian menjelaskan hukum-hukum tajwid yang ada di dalam ayat tersebut.
Antusias jamaah mengikuti talaqqi dan tahsin alquran ini begitu baik. Setiap hari 30 jamaah hadir setiap sore untuk mengikuti pengajian ini. Jamaah yang ikut terdiri dari anak-anak muda, orang-orang tua, pelajar, dan muallaf. Mereka senang, karena pengajian ini dijelaskan dengan menggunakan alat peraga berupa whiteboard.
Pengajian talaqqi dan tahsin alquran ini ternyata mampu menambah semangat para jamaah untuk menambah pundi-pundi pahala di tengah berpuasa yang semakin hari semakin beranjak lama. Sehingga puasa yang dilakukan tidak terasa dan pengetahuan tentang hukum bacaan tajwid alquran semakin dipahami. Semoga puasa yang dijalani jamaah selama 18 sampai 19 jam di Belanda menjadi puasa yang berkualitas. Puasa yang mencerminkan orang-orang yang bertakwa.
Sebagaimana dalam ayat-Nya Q.S. al-Baqoroh/2: 183, Allah menyeru kepada orang-orang yang beriman untuk melakukan puasa di bulan Ramadhan, mudah-mudahan dengan berpuasa akan menjadi orang yang bertakwa. Dan orang yang bertakwa adalah orang yang paling mulia di sisi Allah SWT. Amiin.
)* Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ichsan Bontang, Dai Tidim Jatman, Dai Ambassador Cordofa, Dosen Stitsyam Bontang, Guru PAI SMA YPK Bontang, Muballigh LDNU Bontang, Imam Masjid Agung Al-Hijrah Kota Bontang, Penulis Buku: Fathul Khoir – Memahami Tajwid dengan 300 bait Syair, Perjalanan Dakwah di Eropa, Al-Ma’shumi – Metode mudah belajar Alquran, Pengantar Mata Kuliah Praktek Keterampilan Ibadah, Fiqih al-Hijrah – Kumpulan Tanya Jawab Fiqih di al-Hijrah.
Posting Komentar