Samarinda - Mutaqo atau Pertemuan Ulama, Habaib, Pimpinan Pondok Pesantren dan Cendekiawan Muslim Kaltim untuk Indonesia Damai Sudah selesai dilaksanakan.
Kegiatan multaqo ini bertempat di Ball Room Hotel Bumi Senyiur Samarinda pada Hari Sabtu, 11 Mei 2019.
Sebagai inisiator suksesnya multaqo ulama yaitu KH. Muhammad Rasyid yang merupakan Ulama Besar Kaltim yang juga Syuriah PWNU, Syeikh Abu Hamzah sebagai Ketua Habaib dan Rabithah Alawiyyin dan H. Jos Soetomo pengusaha sukses di Kalimantan Timur
Multaqo yang berlangsung sangat khidmat ini turut dihadiri oleh Para Ulama Kharismatik, Para Habaib, Para Pimpinan Ormas dan Cendekiawan Diantaranya:
1. Ketua MUI KALTIM, KH. Hamri Haz
2. Ketua Habaib & Rabithah Alawiyyin, Syeikh Abul Hamzah
3. Pengasuh Ponpes Syaichona Cholil, KH. Ali Cholil
4. Pimpinan Ponpes Nabil Husein, Ust. Nasihin
5. Rektor UNU, Dr. KH. Farid Wajdi
6. Rektor UNMUL, Prof. Masjaya
7. Rektor IAIN, Dr. Ilyasin
8. Pimpinan Rabithah Satariyyah
9. Pengurus PWNU KALTIM
10. Ketua PW Muhammadiyah, Ust. Siswanto Aris Munandar
11. Ketua Forum Kerukunan Ummat Beragama, KH. Asmuni Ali
12. Ketua Forum Kebangsaan, H. Jos Soetomo
13. PCNU Kota Bontang 4 orang (Syuriyah & Tanfidziyah)
14. Para Habaib se Kaltim
15. Para Cendekiawan Muslim Samarinda
Adapun pernyataan sikap para peserta multaqo diantaranya oleh:
1. KH. M. Rasyid,
Muqaddimah : Pasca PEMILU berpotensi fitnah besar dan mengancam perdamaian dan keutuhan bangsa Indonesia.
2. KH. Fakhruddin, Rois PWNU Kaltim
Sangat berharap ekspektasi akibat pemilu segera pulih kembali bersatu.
3. Dr. KH. Farid Wajdi, Rektor UNU
Merasa prihatin atas besarnya dampak pemilu. Bahwa pesta demokrasi menciptakan perbedaan adalah wajar. Sekarang ini hendaknya kembali bersatu. Ke depan hendaknya ditingkatkan pendidikan politik. Terkait Kaltim ada wacana menjadi calon Ibu Kota NKRI, maka Kaltim sangat siap.
4. Syeikh Abul Hamzah Ketua Habaib & Rabithah Alawiyyin
Multaqo sebagai wujud cinta NKRI yang mendambakan perdamaian. Dengan dihadiri 350 orang lebih yang terdiri dari para Ulama & habaib, pimpinan Pondok Pesantren dan Ormas Islam serta para Cendekiawan Muslim pada acara Multaqo ini menunjukkan bahwa kita semua cinta damai.
5. Ust. Nasihin, Pimpinan Ponpes Nabil Husein
Pernyataan sikap ponpes Nabil Husein
a. Pererat Ukhuwah Wathoniyah, Basyariyah
b. Tetap jaga persatuan
c. Serahkan sesuai mekanisme Konstitusi
6. Dr. Ilyasin, Rektor IAIN
Bersyukur negara kita telah berhasil menyelenggarakan hajatan nasionalnya dengan sukses. Bahwa di sana sini ada kekurangan itu adalah sangat manusiawi. Ada kaidah/ pepatah arab kuno, “Bahwa kekurangan akan tampak apabila acara telah selesai.”
Oleh karena itu menjadi kewajiban setiap kita untuk melakukan evaluasi. Tidak perlu menyalahkan, menuduh curang dll. Sampai kapanpun, menerapkan sitem apapun akan selalu ada kekurangannya.
7. KH. Ali Cholil, Pengasuh Ponpes Syaichona Cholil
Bahwa Proklamasi Kemerdekaan NKRI terjadi pada tanggal 8 Ramadhan 1364 / 17 Agustus 1945. Hasil Pemilu diumumkan pada tanggal 22 Mei 2019 / 17 ramadhan 1440. Ada kesamaan bulan Ramadhan. Semoga ini menjadi pertanda turunnya rahmat Allah SWT.
8. Siswanto Aris Munandar, Ketua PW Muhammadiyah
Sangat mengapresiasi atas terselenggaranya Multaqo. Tentang siapa yang menang kita harus menerima dengan kebesaran jiwa. Qana’ah.
9. Prof. Masjaya, Rektor UNMUL
Hendaknya kita belajar memahami bahwa Esensi Pemilu adalah untuk menciptakan kedamaian, bukan sebaliknya. Kita dapat melihat sejarah kuno. Bukankah suksesi kepemimpinan identik dengan perebutan kekuasan yang mengedepankan kekuatan fisik, pasukan dan lain-lain. Maka dalam perkembangannya membuat konsensus, harus berjalan damai, menerapkan sistem, beradu visi, misi dan program. Di antaranya adalah Pemilu.
Dalam ilmu politik suksesi kepemimpinan sebuah bangsa kita harus mencermati betul tentang 3 hal pokok yaitu : keterhubungan negara dengan rakyat; keterhubungan rakyat dg rakyat; keterhubungan negara dg negara.
10. KH. Asmuni Ali, Ketua Forum Kerukunan Ummat Beragama.
Bahwa masyarakat Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu masyarakat majemuk yang paling rukun di Indonesia. Berangkat dari kondisi tersebut kita semua berkewajiban menjaganya.
11. Jos Soetomo, Ketua Forum Kebangsaan sekaligus pemilik Hotel Bumi Senyiur
Bang Yos yang asli keturunan Cina Muslim sangat menekankan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar. Tetapi mental kita, jiwa kita masih terjajah. Mungkin karena terlalu lama kita dikuasai Belanda sehingga menjadi susah bangkit. Oleh karena itu hendaknya kita berpegang tegung kepada Hadits Nabi SAW. : “Uthlubul ilma walau bishshiin” (Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina).
Bagaimana negara Cina bisa menjadi bangsa yang besar, hendaknya kita jangan malu untuk belajar. Supaya kita juga bisa berpikiran cemerlang tidak mudah terprovokasi. Kita harus sangat sadar SDA kita cukup melimpah. Ini modal besar untuk menjadi bangsa yang besar.
Pedoman kita sudah sangat tepat. Islam mayoritas di negeri ini. Pancasila dasar negara tepat. Tetapi sebagian dari para tokoh kita masih senang memperalat pancasila. Mereka yang mengaku ulama tanpa malu memperalat islam demi tujuannya.
12. KH. Hamri Haz, Ketua MUI
Pemilu sudah selesai. Semoga membawa berkah. Semoga para pemimpin yang terpilih termasuk dalam Hadits Nabi SAW tentang 7 golongan yang akan mendapat naungan Allah SWT.
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi saw, beliau bersabda,
“Tujuh golongan yang dinaungi Allah di dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Yaitu imam (pemimpin) yang adil, pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Tuhannya, seseorang yang hatinya bergantung di dalam masjid, dua orang saling mencintai yang bertemu dan berpisah karena Allah swt., seorang laki-laki yang diminta (digoda) seorang perempuan yang memiliki pangkat dan berparas cantik namun ia berkata “Sungguh aku takut Allah”, seorang laki-laki yang menshadaqahkan hartanya dengan sembunyi-sembunyi sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang dishadaqahkan oleh tangan kanannya dan seseorang yang menyebut/ingat Allah ketika sendiri hingga kedua matanya menangis.
(HR. Al-Bukhari).
Multaqo Ulama, Habib, Pimpinan Pondok Pesantren dan Cendikiawan Muslim di Kaltim untuk Indonesia Damai menghasilkan 9 poin penting diantaranya:
- Manfaatkan momen Ramadan untuk capai ketaqwaan serta jaga kondisi negara untuk tetap damai
- Pererat ukhuwah Islamiyah , ukhuwah Wathoniyah, ukhuwah Basyariah
- Teguhkan kesetiaan kepada Pancasila,UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI
- Komitmen jaga stabilitas dan kondusifitas bangsa
- Menghindari segala bentuk provokasi, fitnah dan kekerasan selama dan sesudah Ramadhan.
- Mentaati peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di NKRI
- Tidak terpancing untuk melakukan aksi inkonstitusional baik secara langsung ataupun tidak langsung
- Saling Fastabiqul Khairat guna tingkatkan ekonomi umat
- Melakukan sosialisasi terhadap hasil Multaqo Ulama di berbagai forum secara berkelanjutan.
Oleh: Sunanto
Utusan PCNU Kota Bontang
Posting Komentar