Salah satu potret Sungai Torrens, Adelaide Australia
[Photo by Herlan}
Adelaide, South Australia – menjadi ibu kota terakhir di Negara bagian
Austalia Selatan. Adelaide adalah sebuah kota pesisir dan di Samudra Selatan.
Penduduknya berjumlah sekitar 1.500.000 jiwa. Luas wilayah Adelaide adalah 870
km2. Dari segi populasi, Adelaide adalah kota terbesar kelima di
Australia. (dilansir dari Wikipedia.com)
Adelaide memiliki berbagai macam tempat wisata, salah satunya Sungai
Torrens. Sungai Torrens berada sangat dekat dengan University of Adelaide
(UOA), merupakan salah satu Universitas terbesar di Australia. Saya bersama
mahasiswa Unmul berada di Adelaide Australia dalam rangka kegiatan “Summer
Course Participant” selama 14 hari.
Ketika libur kuliah, saya menyempatkan menyusuri Sungai Torrens tersebut.
Saya melihat secara real bahwa Sungai Torrens yang sangat bersih, tidak ada
bekas sampah satupun. Jika kita lihat Bersama, bagian kanan dan kiri sungai
terdapat rumput hijau dan pepohonan yang rindang. Ditambah hewan seperti burung
pelikan kerap berenang hilir-mudik di sungai tersebut. Dipinggiran sungai Torrens sangat
bersih. Banyak mahasiswa yang duduk dan beraktivitas disana, seperti jogging,
sepeda, jalan-jalan, dan bahkan sedang mengerjakan tugas kuliah.
Salah satu potret Sungai Torrens, Adelaide Australia
[Photo by Herlan}
Jembatan Sungai Torrens, Adelaide Australia [Photo by
Herlan}
Sungai dan bantarannya yang bersih membuat warga tak perlu jauh-jauh untuk mengeluarkan
biaya rekreasi. Mereka cukup menggelar tikar di pinggir sungai dan menikmati
makanan yang mereka bawa sambil melihat pemandangan sungai dan kapal yang lalu lalang
diatasnya.
Pinggiran Sungai Torrens, Adelaide Australia [Photo by Herlan}
Ketika saya
menyusuri Sungai Torrens, terlintas dibenak pemikiran saya. “Apakah Sungai Karang
Mumus bisa seperti Sungai Torrens yang ada di Adelaide?”
Saya berpendapat bahwa sangat mungkin Sungai Karang Mumus (SKM) bisa
seperti Sungai Torrens yang ada di Adelaide. Karena Sungai Karang Mumus (SKM) adalah sungai sepanjang 34,7
kilometer yang membelah kota Samarinda. Daerah tangkapan air dari sungai ini
seluas 31.475 hektare – setengah dari wilayah kota Samarinda. Sungai yang
memiliki iklim hutan hujan tropis (Tropical Rain Forest) sangat basah ketika
musim hujan dan sangat kering ketika musim kemarau.
Salah satu potret Sungai Karang Mumus di Jalan Muso
Salim, Samarinda [Photo by Herlan}
Beginilah potret dari Sungai Karang Mumus (SKM) yang ada di Samarinda,
Kaltim. Sungai yang sangat panjang dan membelah jantung Kota Samarinda, kini daya
tampung air tidak maksimal karena terjadi pendangkalan aku. Jika kita melihat
potret sungai dengan mata-pun, dasar sungai dapat terlihat. Warnanya hitam,
bercampur dengan sampah plastik, dan mengeluarkan bau yang tidak sedap (lebih
tercium jika dimalam hari). Bahkan daerah pinggir Sungai Karang Mumus (SKM)
selalu melakukan aktivitas pembuangan sampah pada malam hari. Oleh karenanya,
sungai karang mumus sangat rentan terhadap banjir, erosi, dan kekeringan.
Ketika musim hujan, daerah aliran sungai tidak serta-merta mengalirkan air
ke tubuh sungai. Begitupun sebaliknya, saat musim kemarau, sungai akan segera
kering. Mahluk hidup seperti hewan dan tumbuhan di ekosistem sungai pun akan
mati akibat zat-zat toksik dari sampah yang ada di sungai karang mumus
tersebut. Jika pemerintah bersama dengan warga bekerja sama dalam mengelola Sungai Karang Mumus dengan baik, maka Sungai Karang Mumus bisa dijadikan obyek wisata warga kota Samarinda.
Sungai Karang Mumus sangat dekat dengan rumah warga,
Samarinda [Photo by Herlan}
Kita menginginkan Sungai Karang Mumus lebih bersih dan dapat menjadi obyek wisata yang
bukan hanya dapat dinikmati warga kota Samarinda, tapi dapat dinikmati pula warga
diluar kota Samarinda. Untuk menjadikan Sungai Karang Mumus menjadi obyek wisata, perlu adanya penanganan serius
dari pemerintah kota Samarinda. Pemerintah melakukan penataan sungai kembali
ditahun 2019, mulai menertibkan bangunan dan relokasi 550 rumah di daerah
pinggiran sungai karang mumus.
Dibalik upaya tersebut, tetap saja terdapat masalah. Seperti warga yang
menolak untuk pindah di pinggiran sungai karang mumus, biaya ganti rugi dari
pemerintah yang dianggap tidak sesuai oleh warga, dan tidak ada kejelasan
mengenai lokasi pemindahan mereka dimana mencakup kesejahteraan mereka (seperti
air, listrik, dan infrastruktur pendukung).
Perlu dilakukan kerjasama antara Pemerintah Kota Samarinda dan warga yang
berada di pinggiran Sungai Karang Mumus tersebut. Jika Sungai Karang Mumus sama seperti Sungai Torrens yang ada di Adelaide, bukan hanya siklus mahluk
hidup akan baik, tetapi juga keindahan dan keasrian lingkungan akan membuat
seseorang yang mengunjungi Sungai Karang Mumus tersebut akan senang dan sangat
bermanfaat untuk kehidupan.
Oleh: Herlan Perdana Putra - Mahasiswa S2 Pendidikan Biologi Unmul - 15 Maret 2020
Posting Komentar