Ballighu ‘anni
walau ayah,
sampaikanlah walau satu ayat. Kita pasti tidak asing dengan Hadits tersebut. Bagaimana
sebenarnya maksud Hadits Nabi Tersebut?
Artinya: Telah
bercerita pada kami Abu ‘Ashim Al-Dlahhak bin Makhlad, telah mengabarkan kepada
kami Al-Awza’iy, telah bercerita pada kami Hassan bin ‘Athiyyah dari Abi
Kabsyah dari ‘Abdullah bin ‘Amru bahwa Nabi SAW bersabda , “Sampaikan dariku
sekalipun satu ayat dan ceritakanlah (apa yang kalian dengar) dari bani israil
dan itu tidak apa (dosa). Dan siapa yang berdusta atasku dengan sengaja maka
bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka.”
Hadits
tersebut tercantum dalam kitab Shahih
Al-Bukhari (hadits nomor 3202), Sunnan
Abi Dawud, (hadits nomor 3177); Sunnan
Al-Tirmidzi,(hadits nomor 2593; dan Musnad
Ahmad, (hadits nomor 6198).
Pada
kitab hadits Shahih Al-Bukhari, Sunnan Abi Dawud, dan Sunnan Al-Tirmidzi
mencantumkannya dalam bab “Bani Israil”. Kenapa? Nah, disini Clue penting yang menjadi hilang kalau
Hadits diatas tidak dikutip secara lengkap seperti yang dilakukan para dai dan
Ustadz dadakan itu.
Pertama, Hadits diatas bicara soal
penyampaian informasi. Nabi menjelaskan ayat yang beliau baru terima tidak selalu
di depan semua sahabat. adakalanya saat menerima wahyu Nabi didampingi oleh dua
hingga tiga sahabat. Atau, saat memberikan penjelasan di masjid, ada sahabat
yang tidak hadir. Inilah sebabnya dalam riwayat lain Nabi bersabda, “Hendaklah yang hadir menyampaikan pada yang
tidak hadir.” (HR. Bukhori dan muslim).
Inilah
konteks hadits “sampaikan dariku meski hanya satu ayat”. sahabat diminta menyampaikan
penjelaskan Nabi pada yang tidak hadir atau tidak mendengar langsung dari Nabi
agar mereka juga tahu apa penjelasan dari beliau. dengan demikian , kalau satu
ayat itu tidak diketahui oleh yang lain, hendaknya disampaikan. begitulah
penjelasan Ibnu Hajar dalam Fath Al-Bari
yang mensyarahi hadits diatas.
Kedua, Hadits di atas juga mengabarkan
bahwa informasi yang disebar itu bukan hanya dari Nabi, melainkan juga dari Bani
Israil. Mungkin itu sebabnya hadits ini suka dipangkas karena sudah menyebut
soal Bani Israil. Kalau konsisten mau berdalil dengan Hadits ini Jelas kita harus
sampaikan juga informasi lainya termasuk dari bani israil. Tidaklah
menyembunyikan informasi untuk kepentingan tertentu.
Hadits
diatas sesungguhnya tengah mengajarkan kita tentang pentingnya memberikan
keseimbangan informasi. mentang-mentang tidak suka dengan kelompok tertentu,
dalil bantahan mereka disembunyikan. ini tidak benar karena informasi dari bani
israil saja, kata Nabi, tidak mengapa diceritakan, sebagaimana para sahabat menceritakan
penjelasan ayat dari Nabi. Di sinilah tingginya muatan moral dari Nabi masalah
penyebaran informasi.
Ketiga, ada satu larangan dalam hadits
di atas, yaitu kita jangan berbohong atas nama Nabi Muhammad SAW. atau
mengada-adakan cerita bahwa Nabi bilang begini dan begitu padahal itu tidak
benar. Melakukan dusta atas nama Nabi ini akan dijamin masuk neraka seperti
disebutkan dalam bagian akhir Hadits di atas.
Walhasil,
dengan membaca teks lengkap dan memahami konteks serta membaca syarah dari
Hadits tersebut, kita akan memperoleh pemahaman yang menyeluruh bahwa Hadits di
atas bukan bermakna boleh berdakwah, apalagi mengeluarkan fatwa Cuma bermodal
satu ayat. Menyampaikan berita atau informasi itu tidak sama dengan
menyampaikan kandungan atau tafsir ayat Al-Qur’an. Ibaratnya, Bagian humas
dengan Bagian Litbang itu jelas berbeda. yang satu Cuma meneruskan informasi
yang ada, dan yang satunya lagi mengkaji dan meneliti informasi tersebut.
Jelaslah
bahwa Hadits tersebut kalau dibaca secara lengkap tidak berbicara dalam konteks
berdakwah apa lagi memutus perkara halal-haram, atau dipakai untuk
menyalah-nyalahkan orang lain yang berbeda pemahaman. Hadits di atas sejatinya
bicara soal penyampaian , penyeimbangan, dan akurasi informasi.
Diambil
dari buku Saring Sebelum Sharing, yang
ditulis oleh Nadirsyah Hosen Rois Syuriyah PCI NU Australia dan New Zealand
https://nadirhosen.net
Posting Komentar