Ulma telah menegaskan bahwa ibadah tidak boleh
berbahaya bagi dirinya atau membahayakan
orang lain, Apalagi di masa pandemi seperti ini, dengan karakter Covid-19, maka shalat berjamaah di mesjid, dapat menjadi potensi besar tersebarnya virus
memtikan ini.
Karena potensi
yang membahayakan diri dan orang lain, maka
ulama dan pemerintah menganjurkan untuk
shalat di rumah. Anjuran beribadah di rumah menjadi new normal yang sama sekali tidak menggugurkan pahala dan keutamaan
berjamaah dalam ibadah. Ia bahkan mendapatkan kelebihan
pahala karena kebersamaan turut menghindarkan orang
lain
dari bahaya.
Musibah Covid-19 ini
meniscayakan kebersamaan
dan solidaritas segenap pihak
untuk mengatasinya. Pemerintah menjalankan perannya
sebagai pengambil
kebijakan,
masyarakat mematuhi dan
menjalankannya
dengan
baik adalah
peran kewargaan yang sangat dibutuhkan. Terbentuknya Gugus
Penanganan Covid-19 hingaa tingkat RW dan
RT adalah wujud kebersamaan warga. Yang mempunyai
kelebihan rizki memberi bantuan,
berupa sembako, makanan, uang, dan
selainnya kepada yang terdampak Covid-19.
Kebersamaan juga dapat diwujudkan
dengan saling membantu mereka yang
terdampak, bukan dengan memberi stigma
yang
justru lebih menyakitkan. Belum lagi
kebersamaan dapat diwujudkan dengan
m em beri perhatian dan perlindunga n secara mental kepada keluarga yang ada anggota keluargnya berst atus PDP ataupun ODP. Betapa banyak yang anggota keluarga terkucilkan secara sosial karena
ada angg ota keluarganya
yan g PDP ataupun ODP. Bahkan, orang yang sembuh total pun terkadang mengalami isolasi
secara sosial karena ketidakpahaman akan Covi d-1 9.
Menguc ilk an
mere ka
adalah tindakan tidak berprikemanusiaan. Mereka yang merasa punya gejala semisal flu, batuk,
bersin, dan semisalnya, dapat mengisolasi diri di rumah dan menjaga jarak f isik dengan an gg ota
kelulrga
dan at au pun orang terdek atan
ya. Terkhusus orang yang
mengalami gejala terpapar Covid-19, maka
dengan kesadaran diri
melaporkan diri
kepada pihak
terkait untuk
memperoleh pananganan secepatnya.
Kebersamaan dalam menangani Covid-19 ini
semoga menjadi perekat solidaritas berbangsa dan bernegara. Sifat kegotongroyongan yang menjadi karakteristik
masyarakat Indonesia harus semakin mewujud
dalam kesehariannya.
Diambil dari Buku FIKIH PANDEMI: Beribadah di Tengah Wabah
Posting Komentar