Sumber: https://pixabay.com/id/users/mufidpwt-519589 |
Oleh : A Buchory NH
Ada seorang santri yang baru menyelesaikan perjuangannya dalam medan jihad
menimba ilmu disalah satu pondok pesantren ternama di jawa timur. ia tinggal
bersama kedua orang tuanya yang sudah sepuh di pinggiran kota besar di jawa
timur, keduanya kini hanya fokus untuk mengajar ngaji (guruTPQ) di musholla
yang dekat dengan rumahnya. dulu semasa masih kuat bekerja kedua orang tuanya
bekerja sebagai mencari dan mengumpulkan barang-barang bekas (rongsokan).
dengan cara mencari rezeki seperti inilah keduanya bertekad untuk membiayai
ketiga anaknya yang menimba ilmu di pondok pesantren, dengan harapan
anak-anaknya manjadi manusia berilmu agama yang memadai dan berakhlaq luhur.
Hampir satu tahun si santri hanya membantu kedua orang tuanya mengajar Al
Qur’an di TPQ, berbagai ikhtiyar sudah dilakukan untuk mencari pekerjaaan guna
menambah penghasila rezeki kedua orang tuanyayang masih membiayai adiknya yang
sedang berjihad menimba ilmu di pondok pesantren, namun Alloh Ta’la masih
menguji kesabarannya. Salah satu kendala besar adalah ijasah pondok pesantren
yang ia miliki tidak bisa digunakan untuk melamar pekerjaan formal seperti
pegawai negeri, karyawan pabrik, perbankan, pengajar di sekolah dan lainnya. hal
inilah yang menjadikan kebanyakan santri lulusan pondok pesantren pada
akhirnya harus mandiri tegak berdiri
untuk berwira usaha dalam mencari rezeki.
Si santri terus gigih berikhtiyar, dan pada akhirnya iapun tidak punya
pilihan dan memantapkan hati untuk mengukuti jejak kedua orang tuanya, yaitu
mencari rongsokan atau berprofesi sebagai pemulung. Memang sangat berat
dijalani, karena memang sosok santri saat di pondok pesantren selalu dalam
keadaan suci, bersih dan rapi, dan selalu akrab dengan kitab-kitab yang
pelajari di madrasah maupun kitab-kitab kajian kepada pada kiyai. Profesi ini dipilih, karena
cita-citanya yang ingin menjadi seorang pedagang masih sangat sulit di wujudkan
lantaran tidak ada modal yang cukup. tekatnya masih sangat kuat, ia ingin mengumpulkan
modal terlebih dulu untuk selanjutnya ia akan menjemput cita-citanya menjadi
seorang pedagang yang amanah.
Tak tersara menjalani profesi sebagai pemulung sudah dijalani hampir 6
bulan. pagi hari brangkat, siangnya pulang istirahat dan sholat dzuhur, usia
sholat dzuhur dan makan siang dilanjutkan memilah-milah berbagai jenis
rongsokan yang menjadi rezekinya disiang itu, sedangkan sore hari hingga malam
harinya ia masih istikomah membantu kedua orang tuanya mengajar Al Qur’an.
Pundi-pundi tabungannya sudah terkumpul maski belum mencukupi untuk modal
berdagang. dengan semangat ikhtiyar dan do’a barokah ia yakin bisa mengumpulkan
modal yang diharapkan cukup untuk berdiri
mandiri menjadi seorang pedagang.
Di sabtu pagi jam 06 30 bersama tiga temannya yang juga berprofesi sebagai
pemulung ia melangkahkan kaki untuk menjemput rezeki halal dari barang-barang
yang sudah dinilai tidak berharga bagi sebagian orang, namun baginya itu adalah
ladang utama untuk meraih rezekinya. hari itu ia bersama satu temannnya menuju
satu perumahan elit, sementara yang dua menuju perumahan yang lainnya. Setelah meminta ijin kepada scurity ia mulai
menuju satu persatu tempat sampah, mengorek-ngorek dan mencari barang berharga
baginya. Botol air meneral, kardus, peralatan dapur rusak dan sisa-sisa
material bangun juga tidak luput dari genggaman tangannya. Dan pada saat ia
menuju tempat sampah didepan rumah yang paling besar di deretan itu, ia dan
temannya membolak-balik tumpukan sampah, lalu ia menemukan sebuah koper jadul yang
lumayan besar dan kondisinya sudah, habannya pun agak berat karena bahnya
berupa plat. Si Santri sholih itu sempat menwarkan koper tersebut kepada
temannya, namun ia menolak dengan alasan berat dan besar sehingga agak repot
dibawa, lagian harganya juga murah. Akhirnya Ia, si santri memutuskan untuk
membawanya. di perjalan keduanya bertemu dengan dua temannya, lalu ada yang
bertanya, “Ngapain kamu bawa pulang koper
itu?, selain harganya murah juga berat bawanya!”. Yang lain menimpali, “Bodohnya
kamu!”. namun si santri hanya tersenyum dan menjawab, “Alhamdulillah, lumayanlah nanti ku bersihkan
buat tempat pakaian, karena aku belum punya lemari sendiri di rumah”.
Sesampai rumah, sambil menunggu waktu sholat dzuhur masuk, si santri
membersihkan koper usang itu sesekali berusaha mebukanya untuk menemukan kode
pin yang pas untuk membukanya. setetal beberapa kali percobaan akhirnya ia
berhasil membuka koper tersebut, dan didalamnya ada kantong yang berisi tas
berwarna hitam. dan sangat
terkejutnya saat tas di buka ternyata isinya adalah 3 set perhiasan emas model
lama. tangannya gemetar dan ia segera memanggil teman-temannya. setelah
teman-temannya datang , meraka juga melongo melihat apa yang ditangan si
santri. ada yang berkata, “Wah, kamu dapat rezeki nomplok hari ini”.
yang lain menimpali, “bisa di bagi-bagi ini!”. seolah tidak percaya, yang lain
berkata, “Beneran perhiasan emas ini?”,
sambil tangan turut memegangnya. Tapi, si santri berkata, “Usai sholat dzuhur nanti perhiasan ini akan ku kembalikan kepada pemiliknya”.
Teman menjawab, “Bodohnya kamu ini, ini
rezekimu ngapain di balikin, kopernya kan sudah di buang di tempat sampah!”.
Si santri tetap kekeh akan mengembalikan seraya berkata, “Ini bukan milikku, andai saja yang punya koper tau bahwa isinya adalah
perhiasan, maka tidak mungkin kopernya dibuag”. Adan dzuhur berkumandang
dan sholat berjamaah pun telah di dirikan.
Usai sholat dzuhur ia segera bergegas menuju ke rumah di perumahan dimana
ia memungut kpoer tersebut, sambil berlari-lari ia menenteng kopernya. sesampai
di rumah yang dituju, ia segera memencet bell berulang kali, dan akhirnya
seorang bapak yang masih muda membukkan pintu. “Ada apa mas?”. tuan rumah bertanya.
ia menjawab, “Ini pak saya mau
mengembalikan koper yang tadi pagi saya ambil dari tempat sambah didepan rumah
bapak”. “ooo ndak apa-apa ambil saja, memang saya buang ko’, selain sudah
usang, koper itu menuh-menuhin kamar, bawa saja”. ia berkat, “Begini pak,
sebaiknya bapak periksa dulu apa isinya”. kembali si bapak berkata, “Ndak, bawa sudah, kalau memamng bagi kamu
masih bermanfaat, ya syukurlah”. Si santri mencoba meyakinkan lagi, “Sebaiknya sebentar saja bapak lihat isinya”.
“oke deh, tak lihat dulu. Si bapak
membuka koper, dan alangkah terkejutnya saat lelihat 3 set perhiasan emes
peninggalan ibunya. Si bapakpun
memanggil istrinya, sontak saja istrinya berkata, “Iya ayah , ini koperkan memang punya ibu, dan ibu pernah berpesan bahwa
di koper itu beliau menyimpan perhiasaanya”. Si santri berpamitan, “Baik pak , itu hak bapak sudah saya
kembalikan, saya mua pamit dulu”. “Sebentar-sebantar”,
si bapak manahan si santri. Ini-ini sambil membawa amplop coklat lalu di
sodorkan kepada si santri, namun si santri berkata, “Mohon maaf pak, ini miliki bapak , saya berkewajiban mengembalikan kepada
bapak, maaf, saya tidak bisa menerima itu”. iapun segera pergi dari hadapan
pasangan suami istri itu yang masih terpegun dan tidak habis fikir, karena di
zaman seperti saat ini masih ada seorang pemudah yang ikhlash dan tulus
mengembalikan yang bukan haknya.
Setelah si santri sampai dirumahnya yang sedari tadi ditunggu oleh 3
temanya, salah seorang bertanya, “gimana
, sudah kamu kembalikan, dan kamu di kasi imbalan apa?”. ia menjawab, “alhamdulillah sudah, tadi sempat mau di beri
amplop coklat, tapi karena itu adalah kewajibanku, maka aku menolak”. “Bodohnya kamu ini!”. yang lain
menyahuti. “sudahlah ndak usah ngurus dan ngomongin harta yang bukan punya kita,
yuk kita lanjutkan pekerjaan kita”. si antri mengakhiri perbincangan itu.
selang tiga hari dari peristiwa pemolakan itu, ternyata sibapak yang
perhiasanya di kembalikan sangat penasaran dengan sikap sisantri, ia menemukan
lamat si santri setelah mencarinya kesana kemari. Setelah bertemu dengan si
santri, ia berkata, “mohon maaf
sebelumnya mas, saya mencari alamat kamu, alhamdulillah ketemu, begini sebagai
ungkapan terima kasih mohon hadiah ini bisa diterima, yang kamrin memang
sedidikit, tapi ini insyaa Alloh cukup jika di buat modal usaha”. Si santri
menjawab, “Mohon maaaf pak dan terima
kasih sudah mau berkunjung ke tempat saya yang seperti ini, tapi saya tidak
bisa menerima pemberian bapak, mohon maaaf, saya tidak bisa”. Meskipun
sedikit dipaksa ternyata si santri tetap dalam pendiriannnya. akhirnya si
bapakpun pulang dengan membawa rasa penasaran yang lebih berat dari sebelumnya.
Kembali salah satu temannya berkata, “Bodohnya
kamu ini, rezeki sudah di depan mata, tapi kamu tolak mentah-mentah”.
Dua bulan berlalu, si bapak kembali menemui si santri, kali ini si bapak
mengajaknya masuk kedalam mobil untuk menuju ke suatu tempat, di dalam mobil
tidak ada kalimat yang keluar dari lisan si bapak, apalagi si santri yang deg
degan seraya menyimpan tanya, hendak dibawa kemana dia. setelah kurang lebih
perjalanan 6 Km, mobil berhenti di sebuah warung yang masih baru. setelah turun
si bapak mengajaknya masuk dan berkata, “Begini,
aku tau kamu punya cita-cita berdagang, ini warung kuserahkan kepadamu untuk
kamu kelola dengan modal kejujuranmu. Warung ini sudah lengkap dengan satu
kamar tidur, kamar mandi, dapur dan tempat berjualan yang cukup. ini juga sudah
ada bahan-bahan yang bisa kamu oleh dan kamu jual, kali ini saya sangat
berharap kamu tidak menolak, insyaa Alloh dalam 1 bulan sertifikatnya sudah
selesai serta balik nama kemu. ini hadiah dari keluaragaku bukan karena kamu
mengembalikan perhiasan itu, tapi hadiah untuk sifat kejujuranmu”. Si
santri tidak bisa bisa berucap apapun keculai bersyukur atas semua limpahan
rezeki di hari itu.
Akhirnya si santri membuka warung nasi, dan tiga temannya saat mencari
rongsokan dulu di gratiskan makan kapan pun dan sepuasnya. tidak butuh waktu
lama, warungnya berkembang pesat, karena dalam waktu tiga tahun saja ia sudah
mengajak bapak dan ibunya beribadah umroh bersama, dan di tahun ke empat ia
bisa membuka cabang warungnya di tempat berbeda. ditahun yang sama ia juga
melepas masa lajangnya dengan menikahi seorang santri perempuan lulusan pendok
pesantren yang sama.
Alloh Ta’ala berfirman :
119. Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (Qs At Taubah: 119)
eL-Hikmah :
- Rezeki itu bukan hanya mulik orang-orang yang
memilki ijazah formal
- Didikan khas pondok pesantren adalah mandiri berdiri
pada kaki sendiri
- Berdo’a, Sabar, ikhlash dan tetap bekerja keras
adalah semangat kaum santri
- Jangan mengaku santri kalau tidak punya sifat jujur
- Banyak yang beranggapan bahwa santri itu bodoh,
namun ternyata santri itu cerdas dan sangat pintar
catatan :
- Santri dan pondok pesantren tidak bisa saya sebut
karena ada beberapa pertimbangan
- Kisah ini saya simak dari cerita seorang sahabat
hati saat di PP Besuk Pasuruan
- Saran dan masukan bisa melalui No WA 08125489920
Salam : Saya Santri
Posting Komentar