Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْإِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ
أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي الْقُرْآنِ العَظِيْمِ: وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُۚ وَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ ۖ
Maasyiral Muslimin rahimakumullah.
Santri dan sejarah kemerdekaan Indonesia adalah dua hal yang saling memiliki keterkaitan. 22 Oktober 1945, dimana para kiai dan santri turut berperang melawan NICA yang memboncengi tentara sekutu (Inggris) yang hendak merebut kembali kemerdekaan Indonesia. 22 Oktober 1945 adalah akar peristiwa sebab mencetusnya peristiwa 10 november 1945. Yang saat ini kita peringati sebagai hari pahlawan. 22 Oktober 1945, Melalui fatwa resolusi jihad oleh Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari mampu menjadi motor penggerak santri, kalangan pemuda dan masyarakat untuk berjuang mempertahankan kedaulatan bangsa. Itulah sekilas sejarah tentang 22 Oktober yang saat ini diperingati sebagai hari santri nasional.
Melalui pendekatan sejarah, kita dapat melihat kiai dan santri memiliki andil yang besar dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa ini. Sehingga 22 Oktober disahkan oleh presiden melalui keppres No. 22 tahun 2015 ditetapkan menjadi hari santri nasional. Dengan demikian apakah tugas santri dan kiai telah selesai? Jelas tidak. Tanggung jawab santri dan kiai akan terus dan senantiasa dibutuhkan untuk mengawal identitas bangsa ini agar tetap terjaga. Yaitu bangsa dengan asas pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yang telah disepakati menjadi ideologi bangsa. Tugas santri saat ini adalah meneruskan perjuangan para pejuang, para syuhada yang telah gugur mengorbankan jiwa dan raga demi terwujudnya Indonesia. Yakni mengawal kemerdekaan dan membentengi masyarakat dan kaum muslimin, terutama para generasi muda agar tidak mudah terlena dengan faham atau aliran-aliran yang di impor dari luar ke negara Indonesia. Baik itu aliran yang berbau liberal maupun aliran yang berbau radikal.
Maasyiral Muslimin rahimakumullah.
Diakui atau tidak, ada upaya-upaya masif yang meng-inflitrasi melalui organisasi transnasional yang menyasak kaum muslim Indonesia dengan gagasan Islam Liberal. Apa itu Islam Liberal? Dalam buku Khazanah Aswaja dijelaskan bahwa istilah Islam liberal pertama kali digunakan oleh sarjana barat seperti Leonard Binder. Istilah ini digunakan untuk melahirkan gaya “Islam Baru” dan menyejajarkannya dengan berbagai mazhab dalam Islam. Namun jelas, bahwa Islam Liberal tidak dapat disejajarkan dengan mazhab dalam Islam. Alasan pertama, Islam liberal tidak bersumber pada induk yang disepakati dalam mazhab-mazhab dalam Islam, yaitu Al-Qur’an dan al-Hadits. Kedua, Islam Liberal bertujuan meliberalkan Islam dan membongkar ajaran-ajaran yang telah disepakati seluruh umat Islam.
Adapun prinsip-prinsip pemikiran dari Islam Liberal diantaranya adalah: Sekularisasi, yaitu pembebasan manusia dari kungkungan agama dan metafisika / hal ghaib yang berkaitan dengannya. Kelas ini bertentangan dengan nilai yang terkandung dalam firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 2-3 bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orag yang bertaqwa:
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۙ
Artinya: “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang beriman pada yang gaib, menegakkan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. al-Baqarah: 2-3)
Isu kedua yang sering diangkat oleh kaum Islam Liberal adalah pluralisme agama, yakni sebuah paham yang menyamakan semua agama atau menganggap semu agama dalah benar. Jelas ini bertentangan dengan firman Allah yang ada pada surag ali Imran ayat 85:
وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُۚ وَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
Artinya: “Siapa yang mencari agama selain Islam, sekali-kali (agamanya) tidak akan diterima darinya dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85)
Maasyiral Muslimin rahimakumullah.
Menganggap semua agama benar berati menyamakan kedudukan Islam dengan agama yang lain. Maka ini tentu tidak lah benar. Berbeda jika menganggap semua agama memiliki nilai kebaikan. Karena sejatinya semua agama memang mempunyai nilai-nilai kebaikan. Artinya, semua agama di dunia ini memiliki nilai-nilai kebaikan yang diajarkan untuk umatnya. Jika ingin menghidupkan nilai toleransi maka cukup isu ini yang diangkat yaitu semua agama memiliki nilai-nilai kebaikan, bukan dengan dalih toleransi lantas menyamakan kedudukan Islam dengan agama yang lain. Secara teologi dan logika ini sudah sangat keliru.
Maasyiral Muslimin rahimakumullah.
Yang juga tidak kalah harus diwaspadai adalah adanya kelompok-kelompok Islam garis keras atau yang kerap dikenal sebagai Islam Radikal. Pola dari gerakan ini adalah sering kali membawa simbol-simbol Islam untuk menyerang kelompok di luar mereka. Hal ini sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh KH. Abdurrahman Wahid atau yang lebih di kenal dengan panggilan Gus Dur, dalam bukunya yang berjudul: Ilusi Negara Islam, Gus Dur mengatakan, "Jargon memperjuangkan Islam sebenarnya adalah memperjuangkan suatu agenda politik tertentu dengan menjadikan Islam sebagai kemasan dan senjata. Langkah ini sangat ampuh, karena siapapun yang melawan mereka akan dituduh melawan Islam".
Radikalisme dalam Islam memiliki sejarah kelam di masa Khalifah Sayyidina Utsman dan Sayyidina Ali, tetapi sebenarnya embrio gerakan ini sudah terdeteksi sejak zaman Rasulullah SAW. Yaitu pembangkangan dzul khuashirah kepada nabi Muhammad SAW. “Suatu ketika Nabi SAW melakukan pembagian harta, berkata Dzul Khuashirah, seorang dari dari Bani Tamim, “Wahai Rasulullah, berlakulah adil !”. Rasulullah menjawab,”celakalah engkau, siapa yang akan berlaku adil jika aku dianggap tidak adil?” Umar berkata, “Izinkan saya untuk memenggal lehernya wahai Rasul!”, Nabi SAW menjawab, “Jangan, sesungguhnya dia memiliki teman-teman yang salah seorang diantara kalian akan merasa minder dengan shalat dan puasanya mereka. Mereka keluar dari agamanya seperti anak panah keluar dari busurnya.”
Sejarah mencatat bahwa Khalifah Utsman ibn affan dan Khalifah Ali kedua-duanya telah syahid di tangan orang-orang radikal. Khalifah Utsman di bunuh oleh khawarij Amr bin Al-Hamq. Ia menghujamkan pedangnya ke tubuh sang jalifah sembari berkata,” satu kali untuk Allah, sedangkan yang ke-enam adalah pelampiasan dendam yang bergejolak di rongga dadaku.
Begitu juga dengan khalifah Ali ibn Abi Thalib. Beliau juga merenggut nyawa di tangan orang khawarij yakni Ibnu Muljam. Sembari menebaskan pedang kepada khalifah, ia berkata: لاَ حُكْمَ اِلاَّ لِلهِ “Tidak ada hukum kecuali milik Allah”. Dua khawarij pelaku pembunuha terhadap Sayyidina Utsman dan Ali bukanlah orang yang bodoh, mereka mengutip ayat-ayat Al-Qur’an dalam melakukan aksinya. Bahkan Rasulullah SAW menyebutkan bahwa seakan-akan kketika kita melihat ibadah mereka. Shalat mereka, puasa mereka membuat yang melihat menjadi minder. Tetapi mereka keluar dari agamanya seperti anak panah yang keluar dari busurnya.
Tindakan kaum radikalisme Islam saat ini atau yang di kenal dengan radikalisme modern memiliki pola yang sama. berangkat dari pemahaman yang tekstual, tidak menerima perbedaan, dengan gampangnya menyesatkan orang yang berbeda dengan mereka, suka membid’ah-bid’ahkan, dan dengan begitu mudah mengkafirkan orang lain yang berbeda penafsiran dengannya. Kemudian pada gilirannya berpotensi besar menebar kebencian dan melancarkan aksi-aksi anarkisme dan terorisme yang dapat memecah-belah dan mengancam keutuhan bangsa.
Maasyiral Muslimin rahimakumullah.
Liberasme dan radikalisme adalah permasalahan yang pelik. Tetapi, liberasime masih mudah untuk dipatahkan argumentasinya karena yang menjadi landasan berpikir orang liberal adalah akal dan logika. Liberalisme cenderung kepada sebuah faham bukan pada gerakan. Seperti memberontak, teror ataupun yang bersifat merusak secara fisik. Namun tidak dengan radikalisme. Mereka kerap membuat aksi dan gerakan nyata. Adanya aksi teror dan bom bunuh diri atas nama agama adalah wujud nyata dari tindakan mereka.
Tugas santri saat ini adalah bagaimana membentengi masyarakat agar tidak terpengaruh kepada faham-faham tersebut. Yakni dengan menyebarkan ajaran yang sesuai dengan ahlus sunnah wal jamaah. Yaitu orang-orang yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan hadits. Secara fiqih mengikuti para pengikut imam empat. Secara aqidah mengikuti Imam Asy’ari dan Imam Al-maturidi, adapun secara dalamsegi tasawuf yaitu mengikuti Imam Al-ghazali dan Imam Junaid Al-Baghdadi.
Sejarah membuktikan tidak ada para pengikut ahlus sunnah wal jamaah. Fiqihnya berpedoman pada imam empat, yakni Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad ibn Hambal. Kemudian dari sisi aqidah mengikti Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Al-Maturidi, dari segi tasawuf berpedoman kepada Imam Al-ghazali dan Imam Junaid Al-Baghdadi lantas mereka menjadi teroiris. Semoga kita dilindungi oleh Allah dari faham-faham yang tidak benar. Baik secara syariat maupun secara aqidah. Amin ya robbal ‘alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ .أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Posting Komentar