NU Bontang

Hukum mengimami jamaah tanpa seijin imam rowatibnya


Oleh ; KH. A Buchory Nur Hadi (Ketua LDNU Bontang)


Imam sholat rowatib adalah imam yang secara resmi ditunjuk dan diangkat oleh takmir masjid, dengan demikian pelaksanaan sholat fardhu berjamaah dimasjid tersebut telah diamanahkan kepada imam rowatib untuk memimpin. Lalu bagaimana jika takmir masjid menunjuk atau mengundang imam lain untuk mengimami pelaksanaan sholat fardhu atau tarawih tanpa meminta persetujuan imam sholat rowatib? 


Berikut ini akan disajikan satu keterangan yang dikemukakan oleh seorang Ulama' besar pada masanya, 

و من أحكام صلاة الجماعة, أنه يحرم أن يؤم الجماعة في المسجد أحد غير إمامه الراتب, إلا بإذنه أو عذره 

"Dan termasuk hukum-hukum sholat berjamaah adalah *haram hukumnya* seseorang mengimami jamaah di masjid yang mana ia bukan imam rowatib (tetap)nya tanpa seijin imam tetapnya atau kerena ada udzur". 


؛ ففي ( صحيح مسلم ) و غيره : و لا يؤمن الرجل الرجل في سلطانه إلا بإذنه, 


Dan didalam hadits shohih Muslim disebutkan ; "Janganlah seorang mengimami orang lain di wilayah (masjid) kekuasaannya, kecuali dengan izinnya". 


قال النووي : معناه أن صاحب البيت و المجلس و إمام المسجد أحق من غيره, و لأن في ذلك إساءة إلى إمام المسجد الراتب, تنفيرا عنه, و تفريقا بين المسلمين.


Al Imam An Nawawi berkata: "Maknanya bahwa pemilik rumah dan majelis serta imam masjid lebih berhak (menjadi imam) daripada orang lain, karena yang demikian itu (mengimami tanpa izin) berakibat buruk terhadap imam rawatib masjid itu, menjauhkan jamaah darinya, dan memecah persatuan muslimin.”


Lebih lanjut Imam An Nawawi ra menjelaskan:


مَعْنَاهُ : مَا ذَكَرَهُ أَصْحَابنَا وَغَيْرهمْ : أَنَّ صَاحِب الْبَيْت وَالْمَجْلِس وَإِمَام الْمَسْجِد أَحَقّ مِنْ غَيْره ، وَإِنْ كَانَ ذَلِكَ الْغَيْر أَفْقَه وَأَقْرَأ وَأَوْرَع وَأَفْضَل مِنْهُ وَصَاحِب الْمَكَان أَحَقّ فَإِنْ شَاءَ تَقَدَّمَ ، وَإِنْ شَاءَ قَدَّمَ مَنْ يُرِيدهُ


Maknanya, sebagaimana disebutkan para ulama madzhab kami, bahwa pemilik rumah, atau pemilik majelis, atau imam (tetap) masjid, lebih berhak untuk menjadi imam daripada yang orang lain. Walaupun ada orang lain yang lebih alim (berilmu agama), lebih pandai membaca Al Qur’an dan lebih utama darinya. Dan pemilik tempat lebih berhak untuk menjadi imam. Ia bisa memilih apakah ia yang maju atau mempersilahkan orang lain untuk maju” (Syarah Shahih Muslim, 5/147).


Imam Asy Syaukani Ra mengatakan:


وأكثر أهل العلم أنه لا بأس بإمامة الزائر بإذن رب المكان ؛ لقوله صلى الله عليه وسلم في حديث أبي مسعود رضي الله عنه : ( إلا بإذنه )


“Mayoritas ulama berpendapat bahwa tidak mengapa orang yang sedang berkunjung (atau diundang) menjadi imam dengan izin pemilik tempat (yaitu imam rowatib) . Berdasarkan sabda Nabi Saw dalam hadits Ibnu Mas’ud; [kecuali diizinkan olehnya]” (Nailul Authar, 3/170).


*Kesimpulan*. 

Menyerap pelajaran dari catatan kedua, menurut hemat penulis ;

1. Takmir masjid tidak boleh *(Haram)* mengundang atau mempersilahkan imam lain untuk mengimami  sholat tarawih tanpa persetujuan imam sholat rowatib yang telah di angkat. 


2. Apabila takmir masjid hendak mengundang atau mempersilahkan imam lain untuk mengimami sholat dimasjidnya, maka wajib dengan ijin atau persetujuan imam sholat rowatibnya, karena sesungguhnya kedudukan  tertinggi dalam pelaksanaan sholat berjmaah adalah imam yang telah ditetapkan, bukan lagi takmir masjid. 


3. Imam rowatib tetap lebih berhak dan lebih utama untuk menjadi imam meskipun ada tamu, khotib , kiyai atau ustadz yang lebih alim dan banyak hafalannya. 


والله أعلم بالصواب

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama