Keutamaan Memuliakan Tamu

Keutamaan Memuliakan Tamu dalam Islam - Panduan Lengkap

Keutamaan Memuliakan Tamu dalam Islam

Dalam ajaran Islam, memuliakan tamu merupakan salah satu akhlak mulia yang sangat dianjurkan. Rasulullah SAW menjanjikan berbagai keutamaan bagi mereka yang menerima dan menjamu tamu dengan baik.

Kedudukan Tamu dalam Islam

Ketika bersilaturahmi, seorang muslim yang baik akan menyiapkan tempat yang nyaman dan menyajikan hidangan sesuai kemampuannya. Hal ini karena tamu dalam Islam memiliki kedudukan yang sangat mulia.

Hadits Tentang Memuliakan Tamu

Kewajiban memuliakan tamu dijelaskan dalam hadits shahih berikut:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، جَائِزَتُهُ يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ، وَالضِّيَافَةُ ثَلاَثَةُ أَيَّامٍ، فَمَا بَعْدَ ذَلِكَ فَهُوَ صَدَقَةٌ

Dari sahabat Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: "Siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia menghormati dan menjamu tamunya. Jamuannya adalah kebutuhan hidup siang dan malam hari. Kewajiban menjamu tamu adalah selama tiga hari, sedangkan setelahnya bernilai sedekah." (HR Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, juz 8, halaman 32).

Teladan Nabi Ibrahim dalam Memuliakan Tamu

Allah SWT memberikan contoh mulia melalui kisah Nabi Ibrahim AS dalam menerima tamu, sebagaimana firman-Nya:

هَلْ اَتٰىكَ حَدِيْثُ ضَيْفِ اِبْرٰهِيْمَ الْمُكْرَمِيْنَۘ. اِذْ دَخَلُوْا عَلَيْهِ فَقَالُوْا سَلٰمًاۗ قَالَ سَلٰمٌۚ قَوْمٌ مُّنْكَرُوْنَ. فَرَاغَ اِلٰٓى اَهْلِه فَجَاۤءَ بِعِجْلٍ سَمِيْنٍۙ. فَقَرَّبَه اِلَيْهِمْۚ قَالَ اَلَا تَأْكُلُوْنَ

"Sudahkah sampai kepadamu (Nabi Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan? Ketika mereka bertamu kepadanya, lalu mengucapkan salam, Ibrahim menjawab salam. Mereka bukan orang-orang yang dikenal. Ibrahim pergi diam-diam menemui keluarganya, lalu kembali membawa daging bakar anak sapi gemuk. Dia menghidangkannya kepada mereka, (tetapi mereka tidak makan). Ibrahim berkata, mengapa kamu tidak makan?" (QS Adz-Dzariyat: 24-27).

Dari ayat ini, kita dapat mengambil hikmah bahwa tuan rumah memerankan peran Nabi Ibrahim dalam memuliakan tamu, sementara tamu memerankan peran para malaikat. Alangkah mulianya orang beriman yang siap menjadi tuan rumah dalam majlis taklim dan mereka yang meluangkan waktu untuk menghadirinya.

Pendapat Ulama Tentang Memuliakan Tamu

Imam Yahya ibn Mu'adz RA berkata: "Seandainya seluruh dunia ini berupa satu suapan yang ada di tanganku, maka akan aku berikan/suguhkan untuk (mulut) tamuku." (At-Tamtsil wal Muhadharah, halaman 430).

Imam Syaqiq al-Balkhi RA menyatakan: "Tidak ada hal yang lebih aku senangi, melainkan kehadiran tamu, karena rezekinya sudah ditanggung oleh Allah, sedangkan pahalanya diberikan untukku." (Siyar A'lamin Nubala', juz 9, halaman 315).

Ketika ditanya tentang makna memuliakan tamu, Imam al-Awza'i RA menjawab: "Menatap wajah dengan ramah dan berbicara dengan santun." (Ihya' 'Ulumid Din, juz 2, halaman 18).

Imam Badrud Din al-'Aini RA menjelaskan: "Menyebarkan (mengucapkan) salam yang merupakan tanda ungkapan kerendahan hati, harmonisasi hati, keselarasan ucapan, dan saling cinta serta kasih di antara umat Islam." ('Umdatul Qari Syarh Shahihil Bukhari, juz 1, halaman 136).

Kesimpulan

Memuliakan tamu merupakan bagian penting dari akhlak seorang muslim. Dengan memuliakan tamu, kita tidak hanya mendapatkan pahala tetapi juga mempererat tali silaturahmi dan menebarkan kasih sayang sesama muslim. Semoga kita semua dapat mengamalkan sunnah mulia ini dalam kehidupan sehari-hari.

Tips praktis memuliakan tamu: Siapkan tempat yang nyaman, sajikan hidangan sesuai kemampuan, sambut dengan wajah berseri, ucapkan salam, dan ajak berbicara dengan santun.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama