Tidak Heran Lagi Pada Sosok KH Muhammad Idrus Ramli



Oleh: KH. Makruf Khozin (Ketua Bidang Fatwa MUI Jawa Timur)


Di tahun 2000an ada nama santri yang mengejutkan di semua Pesantren. Karena kepintarannya. Beliau adalah Ust Idrus Ramli yang saat itu masih santri aktif di Sidogiri, Pasuruan. 


Nama beliau makin menggema karena sosok Prof Dr KH Sa'id Aqil Siradj, sering mempromosikan nama Ust Idrus, setelah keduanya terlibat diskusi ilmiah di Pondok Sidogiri. Saya sering mendengar Kiai Sa'id dawuh: "Coba pesantren berhasil mencetak 10 saja seperti Idrus Ramli, Jember, akan dahsyat keberadaan pesantren".


Kebiasaan saya jika melihat "produk jadi" adalah melihat prosesnya. Bagaimana asal usul Ust Idrus dan cara belajarnya di Sidogiri. Sebab saya selalu ingat maqalah di kitab Ihya':


ﻣﻦ ﺭﺁﻧﻲ ﻓﻲ اﻟﺒﺪاﻳﺔ ﺻﺎﺭ ﺻﺪﻳﻘﺎ ﻭﻣﻦ ﺭﺁﻧﻲ ﻓﻲ اﻟﻨﻬﺎﻳﺔ ﺻﺎﺭ ﺯﻧﺪﻳﻘﺎ


"Barang siapa yang melihatku dari awal maka dia benar. Dan barang siapa yang melihatku saat di puncak maka dia berbahaya".


Saya pernah ke kampung kelahiran Ust Idrus dan tempat domisilinya di Jember. Tidak ada yang istimewa. Tidak terbentuk dari pesantren sejak lahir. Berarti kesimpulan awal saya ini adalah murni hasil belajar selama di Pondok. Bagi yang menjumpai masa Ust Idrus di Sidogiri sudah tahu semua bahwa beliau adalah Pustakawan Sidogiri. Santri yang mau mencari kitab dan keterangan dalil cukup bertanya ke Ust Idrus dan akan segera ditunjukkan nama kitab sekaligus tempatnya. Di samping daya ingat yang tinggi, beliau juga rajin mencatat keterangan kitab. Hal ini terlihat dari produktivitas beliau dalam menulis banyak buku, yang kebanyakan 'genre' seputar perdebatan dengan kelompok manapun yang bertentangan dengan Aswaja.


Alhamdulillah baru kemarin pagi kami berjumpa dengan Ust Idrus Ramli di acara Haul Bhuju' Abdul Allam, Prajjan Sampang. Masa hidup beliau sebelum tahun 1700an, sebab Pondok Nazhatut Thullab berdiri pada 1702 M. Sudah diketahui dari beliau banyak terlahir kiai-kiai di Pulau Madura. Benih yang baik akan melahirkan generasi yang baik, sebagaimana Habib Umar pernah membacakan ayat berikut kepada Dzuriyah Syaikhona Kholil Bangkalan;


وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ ۖ 


"Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah" (Al Araf 58)


Namun keturunan tidak menjamin atas kealiman seseorang. Bagaimanapun belajar adalah jalan yang telah disabdakan oleh Nabi shalallahu alaihi wasallam:


ﺇﻧﻤﺎ اﻟﻌﻠﻢ ﺑﺎﻟﺘﻌﻠﻢ (اﻟﺪاﺭﻗﻄﻨﻲ ﻓﻲ اﻷﻓﺮاﺩ) ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ 


"Ilmu hanya didapat dengan belajar" (HR Daraquthni dari Abu Hurairah dan Imam Bukhari secara muallaq)


Saya beberapa kali menemani perjalanan Ust Idrus, tempat menginap sama. Santrinya Ust Idrus biasa membawa 2 koper, yang satu isi pakaian dan satunya lagi kitab-kitab yang akan beliau baca selama waktu luang. 


Belum lagi kitab-kitab PDFnya. Saya pernah izin copy kitab-kitab tersebut dari hardisk sekitar tahun 2013. Flashdisk saya tidak cukup akhirnya saya copy ke komputer milik kantor LBM PCNU Surabaya, keseluruhannya 60 GB. Ini menunjukan Ust Idrus memang pembaca yang tekun. Juga terlihat di buku-buku terbarunya, meskipun ada dalil-dalil pokok yang perlu diulang tapi selalu ada tambahan keterangan dalil.


Di Acara Halal Bihalal keturunan KH Abdul Allam, Tuan Rumah KH Syafiuddin, menjelaskan bahwa acara ini adalah untuk menjaga agar keturunan tetap berada di jalur ibadah dan ilmu, bukan untuk pamer keturunan, bukan untuk disombongkan. Sebab di Akhirat kelak nasab tidak lagi berguna. Beliau membaca ayat:


فَإِذَا نُفِخَ فِى ٱلصُّورِ فَلَآ أَنسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَآءَلُونَ


"Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya." (Al Mukminun 101)


"Bagi yang beriman dan beramal saleh maka ia yang diterima oleh Allah dan dimasukkan ke surgaNya. Sementara yang tidak beriman dan beramal saleh akan ditolak oleh Allah", pesan terakhir yang beliau ingatkan.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama