NU Bontang

BAB PUASA : Kifarat Puasa


BAB PUASA: KIFARAT PUASA
Oleh: Ustadz Ahmad Yusuf Musawwi, S.Pd.I


وَمَنْ وَطِئَ فِيْ نَهَارِرَمْضَانَ حَالَ كَوْنِهِ عَامِدًا فِيْ الْفَرِجِ وَهُوَ مُكَلَّفٌ بِالصَّوْمِ وَنَوَى مِنَ اللَّيْلِ وَهُوَ اَثِمٌ بِهَذَالْوَطْئِ لِاَجْلِ الصَّوْمِ، فعَلَيْهِ اَلْقَضَآءُ وَالْكِفَارَةُ

Barang siapa yang melakukan persetubuhan disiang hari bulan romadhon dg disengaja pada farji sedangkan ia terkena taklif (hukum wajib) puasa serta telah berniat pada malam harinya dan ia berdosa disebabkan melakukan persetubuhan karena (melanggar) kemuliaan puasa, maka WAJIB baginya mengqodho puasa dan membayar kifarat.

وَهِيَ عِتْقُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ وَفِيْ بَعْضِ النُّسَخِ سَلِيْمَةٍ مِنَ الْعُيُوْبِ اَلمُضِرَّةِ بِالْعَمَلِ وَالْكَسْبِ فَإِنْ لَمْ يَجِدْهَا فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ صَوْمَهُمَا فَإِطْعَامُ سِتِّيْنَ مِسْكِيْنًا اَوْ فَقِيْرًا لِكُلِّ مِسْكِيْنٍ مُدٌّ اَيْ مِمَّا يُجْزِءُ فِيْ صَدَقَةِ الْفِطْر

Maksud kifarat disini yaitu
1. memerdekakan hamba sahaya (budak) mukmin. Dan menurut sebagian versi cetakan kitab : yang selamat dari ‘aib yang mengganggu amal dan pekerjaan.
2. Jika ia tidak menemukan budak tersebut, maka wajib baginya berpuasa 2 bulan berturut-turut,
3. jika tidak kuasa untuk berpuasa 2 bulan berturut-turut maka wajib memberi makan kepada 60 orang miskin atau orang faqir tiap-tiapnya 1 mud (675 gram) dari makanan pokok yg dikeluarkan pada zakat fitrah.

ِ فَإِنْ عَجَزَ عَنِ الْجَمِيْعِ اِسْتَقَرَّتْ اَلْكِفَارَةُ فِيْ ذِمَّتِهِ فَإِذَا قَـدَرَ بَعْدَ ذَلِكَ عَلَى خَصْلَةٍ مِنْ خِصَالِ الْكَفَارَةِ فَعَلَهَا.

Jika ia tak kuasa membayar smua tiga hal diatas itu MAKA kifarat menjadi tanggungan orang tersebut dan jika setelah itu, ia kuasa melakukan salah satu dari 3 kifarat diatas maka lakukanlah kifarat tersebut.


--------
KETERANGAN TAMBAHAN

Qaul qadim, Qaul artinya pendapat. qadim artinya lama. Sebaliknya qaul jadid yg berarti pendapat yg baru.

Qaul qadim adalah pendapat As Syafi’i yang pertama kali di fatwakan ketika beliau tinggal di Baghdad (Th. 195 H.) , setelah beliau diberi wewenang untuk berfatwa oleh gurunya, yaitu Syeh Muslim bin Kholid (seorang ulama besar yang menjadi mufti di mekah) dan Imam Malik (Pendiri mazhab Maliki dan yang pertama kali mempunyai inisiatif untuk mengumpulkan hadits dalam kitab sunah).

Imam syafi'i pindah ke mesir pada tahun 198 H dg usia saat itu kurang lebih 48 tahun dan berada disana selama 5 tahun. Disinilah Imam Syafi'ie ra meninjau kembali fatwa-fatwa yang dikeluarkan beliau saat di baghdad. Ada yang diantaranya ditetapkan dan ada pula yang direvisi bahkan di mansukhnya.Karena itulah timbul istilah Qoul Qodim dan Qoul Jadid. Qoul Qodim adalah yang di fatwakan di baghdad dan Qoul Qodim dimesir.

Menurut Al Asnawi, qaul qadim merupakan madzhab diluar madzhab Syafi’i dikarenakan kedudukan qaul qadim sudah dihapus (mansukh) oleh qaul jadid, terbukti Imam Syafi’i melarang para muridnya untuk meriwayatkan qaul qadim dan tulisan-tulisan beliau yang terdapat kitab Al Hujjah yang tidak sesuai dengan qaul jadid dihapus dengan menggunakan air (ket. Hamisy Fatawi Al Kurdi).
Meskipun qaul qadim yang telah dicabut ini sebagai pendapat diluar madzhab, namun ada sebagian qaul yang boleh digunakan karena dianggap Rajjih Addilahnya (kuat dalil-dalilnya) menurut penelitian ulama. Diantaranya adalah masalah yg disebutkan pada materi ke 10 pembahasan kita mengenai kesunnahan puasa sebagai ganti puasa yg ditinggalkan oleh kerabat yang wafat.

Post a Comment

أحدث أقدم