Penampilan beliau
sederhana dan apa adanya. Beliau tidak pernah neko-neko. Karena begitu
sederhananya, kadang orang tidak mengira bahwa beliau adalah seorang kyai. Di
balik kesederhanaan beliau tersimpan lautan ilmu yang begitu luas. Kiprah
beliau di masyarakat sudah tidak diragukan lagi. Gaya bicara beliau yang tegas
dan lugas menjadi salah satu ciri khas beliau. Lahir
Penampilan beliau sederhana dan apa adanya. Beliau
tidak pernah neko-neko. Karena begitu sederhananya, kadang orang tidak mengira
bahwa beliau adalah seorang kyai. Di balik kesederhanaan beliau tersimpan
lautan ilmu yang begitu luas. Kiprah beliau di masyarakat sudah tidak diragukan
lagi. Gaya bicara beliau yang tegas dan lugas menjadi salah satu ciri khas
beliau.
Lahir
KH Marzuqi Mustamar lahir di Blitar tanggal 22
September 1966. Sungguh beruntung Kyai Marzuqi karena dilahirkan dalam keluarga
yang taat beribadah sekaligus mengerti agama. Ya, abahnya adalah seorang kyai.
Alhasil, sejak kecil Kyai Marzuqi dibesarkan dan dididik oleh kedua orang tua
beliau dengan disiplin ilmu yang tinggi. Di bawah pengawasan orang tua beliau
inilah putra dari Kyai Mustamar dan Nyai Siti Jainab ini mulai belajar
Al-Qur’an dan dasar-dasar ilmu agama.
Keluarga
Pada tahun 1994, KH Marzuqi Mustamar memulai
hidup baru. Beliau mempersunting salah seorang santriwati Pondok Nurul Huda
yang bernama Saidah. Sang istri merupakan putri Kyai Ahmad Nur yang berasal
dari Lamongan. Kyai Marzuqi sangat bersyukur sekali sebab gadis yang menjadi
pendamping hidup beliau adalah seorang hafidzoh (hafal Al-qur’an).
Istri: Hj. Saidah
Putra-Putri:
1.Habib Nur Ahmad
2.Diana Nabila
3.Millah Shofiya
4.M. ‘Izzal Maula
5.‘Izza Nadila
6.Rossa Rahmania
7.Dina Roisah Kamila
Pendidikan
Selain dididik disiplin ilmu yang tinggi, ternyata
beliau waktu kecil sudah dididik tentang kemandirian agar memiliki etos kerja
yang tinggi dengan cara memelihara kambing dan ayam petelur milik Bu Lik Umi
Kultsum. Dengan memelihara kambing dan ayam petelur inilah, beliau mendapat
pelajaran bagaimana membimbing umat islam, dan bagaimana menjadi pemimpin.
Pendidikan Dini
Saat duduk di kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah sampai
sebelum belajar di Malang, anak kedua dari delapan bersaudara ini mulai belajar
ilmu nahwu, shorof, tasawuf dan ilmu fikih kepada Kyai Ridwan dan Kyai-Kyai
lain di Blitar. Sejak SMP, beliau diminta mengajar Al-Qur’an dan kitab-kitab
kecil lainnya kepada anak-anak dan tetangga beliau. Pada usia yang masih belia
tersebut, beliau sudah mengkhatamkan dan faham kitab Mutammimah pada saat
beliau kelas 3 SMP.
Selepas dari SMP Hasanuddin, beliau melanjutkan ke
Madrasah Aliyah Negeri Tlogo Blitar. KH Marzuqi Mustamar muda
merupakan pemuda yang beruntung sebab di usia beliau yang masih belia itu,
beliau sudah mendalami ilmu agama ke beberapa orang kyai di Blitar. Di
antaranya, beliau mendalami ilmu balaghoh dan ilmu mantek kepada Kyai Hamzah.
Mendalami ilmu fikih kepada Kyai Abdul Mudjib dan ngaji Ilmu Hadits kapada Kyai
Hasbullah Ridwan.
Ketika beliau duduk di bangku Aliyah, beliau sudah
khatam kitab Hadits Muslim dan kitab-kitab kecil lainnnya. Sebelum beliau
belajar di Malang, selama di Blitar yang mengajar beliau adalah Orangtua
beliau, Kyai Hasbullah Ridwan yang masih eyang beliau, Kyai Hamzah dan Kyai
Mujib adalah guru beliau di MAN Tlogo.
Setamat dari MAN Tlogo pada tahun 1985, kyai
kelahiran 22 September 1966 ini melanjutkan jenjang pendidikan formalnya di
IAIN (sekarang UIN Maulana Malik Ibrahim) Malang, yang waktu itu masih
merupakan cabang IAIN Sunan Ampel Surabaya. Untuk menambah ilmu agama yang
sudah beliau dapat, Kyai yang juga Anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang ini
nyantri kepada KH A Masduqi Machfudz di Pondok Pesantren Nurul Huda Mergosono.
Mengetahui kecerdasan dan keilmuan Kyai Marzuqi yang di atas rata-rata
santrinya yang lain, akhirnya Kyai Masduki memberi amanah kepada Kyai Marzuki
untuk membantu mengajar di pesantrennya, meskipun saat itu Kyai Marzuki masih
berusia 19 tahun. “Saat itu saya diminta untuk mengajar kitab Fathul Qorib bab
buyuu’ (jual-beli),” Kenang kyai yang juga Dosen Fakultas Humaniora dan Budaya
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini.
Berguru pada KH Masduqi Mahfudz
Selain itu, KH Marzuqi Mustamar juga
beruntung, karena beliau seringkali diminta untuk mendampingi dakwah KH A
Masduqi Machfudz saat mengisi pengajian maupun dalam rapat-rapat organisasi
kemasyarakatan. Dari sinilah Kyai marzuki mulai mengetahui betapa beratnya
tugas seorang ulama dalam mengayomi umat. Dari gurunya yang juga Rois Syuriah
NU Wilayah Jawa Timur itu, Kyai Marzuqi belajar akan keistikomahan menjadi
seorang guru. Kyai Masduki Mahfudz itu meskipun pulang malam hari dari mengisi
pengajian, beliau selalu membangunkan para santrinya untuk mengaji,” ungkap
Kyai Marzuqi.
Salah satu kelebihan beliau, saat masih duduk di
bangku kuliah, Kyai Marzuqi sudah biasa memberikan kursus nahwu kepada
mahasiswa yuniornya. Namun, ternyata, banyak juga mahasiswa yang tidak hanya
belajar nahwu, namun juga mengaji kitab kepadanya. Dengan begini, keilmuan
beliau semakin terasah. Kemudian pada tahun 1987 Kyai berputra tujuh ini
mendapatkan kesempatan belajar di LIPIA Jakarta. Setelah menempuh dua tahun
masa studinya di sana, Kyai Marzuqi kembali ke Malang untuk membantu mengajar
di pesantren Nurul Huda, Mergosono dan melanjutkan kuliah S-1.
Ringkasan Pendidikan
1. TK Muslimat Karangsono Kanigoro, Blitar tahun
1972
2. MI. Miftahul ‘Ulum, Tahun 1979
3. SMP Hasanuddin, Tahun 1982
4. MAN Tlogo, Tahun 1985
5. PP. Nurul Huda, Mergosono
6. LIPIA Jakarta, Tahun 1988
7. S-1 IAIN Malang, Tahun 1990
8. S-2 UNISLA, Tahun 2004
Jasa
dan Karya Beliau
Selang satu bulan setelah menikah, KH
Marzuqi Mustamar bersama istri mencoba mengadu nasib dan hidup
mandiri. Saat itu Kyai Marzuqi memilih daerah Gasek, Kecamatan Sukun sebagai
tempat jujugan beliau. Pada mulanya, beliau mencari rumah kontrakan yang dekat
dengan masjid. Dan akhirnya, beliau ngontrak di rumah salah seorang warga yang
bernama pak Har. Setelah segala sesuatunya dianggap cukup, Kyai Marzuqi akhirnya
menempati tempat yang baru. Pada saat beliau boyongan, tak lupa santri-santri
Pondok Nurul Huda ikut mengantarkan Kyai Marzuqi boyongan ke tempat barunya dan
membantu usung-usung barang-barang dan kitab-kitab guru mereka.
Tanpa diduga sebelumnya, pada hari pertama beliau
menempati rumah itu, ternyata sudah banyak santri yang datang mengaji kepada
beliau. Di rumah yang sederhana itulah Kyai Marzuqi mengajar para santri
beliau. Mereka yang waktu itu belajar merupakan cikal bakal santri dan
pesantren beliau yang kini menjadi benteng utama umat di wilayah Gasek. Karena
santrinya semakin bertambah banyak maka rumah beliau tidak memadai sebagai
tempat belajar mereka. Namun, alhamdulillah, Allah SWT memberikan jalan. Waktu
itu di daerah Gasek sudah ada Yayasan Sabilurrosyad yang sudah memiliki lahan
luas. Namun, setelah beberapa tahun didirikan Yayasan ini belum bisa berkiprah
secara optimal. Akhirnya Kyai Marzuqi bekerjasama dengan Yayasan Sabilurrosyad
mendirikkan sebuah pesantren dengan Nama Sabilurrosyad.
Aktivitas
Selain sibuk membimbing para santri, kyai yang
pernah menjabat sebagai Ketua Jurusan Bahasa Arab Universitas Islam Malang ini
juga disibukkan dengan urusan ummat. Tiada hari tanpa memberikan pengajian atau
mauidzhoh kepada umat. Mulai mengisi pengajian dari masjid ke masjid, blusukan
keliling kampung dan lain sebagainya. Saat ini, KH Marzuqi Mustamar juga
aktif di berbagai organisasi keagamaan di antara sebagai Ketua Tanfidiyah PCNU
Kota Malang dan anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang. Kedalaman ilmunya sangat
dirasakan oleh umat. Sebagai contoh beliau menyusun sebuah kitab, tentang
dasar-dasar atau dalil-dalil amaliyah yang dilakukan oleh warga nahdhiyyin.
Melalui kitab ini, Kyai Marzuki ingin membuka mata umat bahwa amalan mereka ada
dasar hukumnya, sekaligus menjawab tuduhan-tuduhan orang-orang yang tidak
setuju dengan sebagian amaliyah warga Nahdhiyyin. Saking hebat dan lugasnya
beliau menerangkan itu semua, sampai-sampai Kyai Baidhowi, Ketua MUI Kota
Malang memberi julukan “Hujjatu NU”. “Kalau Imam al-Ghozali dikenal sebagai
Hujjatul Islam, maka Kyai Marzuki ini Hujjatu NU” Demikian pernyataan Kyai
Baidhowi dalam beberapa kesempatan.
Meski kegiatan beliau sangat padat, namun, Kyai
yang juga penasehat FKUB ini tetap berusaha untuk menjadi orangtua yang baik.
Beliau begitu dekat dan akrab dengan anak-anak beliau yang masih kecil-kecil
itu. Tak jarang pula, beliau ikut mengantarkan atau menjemput putra putri
beliau sekolah. Dari hasil pernikahan dengan Bu Nyai Saidah, Kyai marzuqi
dikaruniai tujuh orang putra. Dua laki-laki dan lima perempuan. Semua putra
putrinya disekolahkan di SD Sabilillah Blimbing. Kecerdasan Kyai Marzuqi
sepertinya menurun kepada putra-putrinya, terbukti dengan nilai mereka yang
seringkali mendapat nilai sempurna termasuk pelajaran eksakta. Bahkan beberapa
waktu yang lalu putri beliau menjadi juara Olimpiade Matematika di Yogyakarta
dan kini sekolah di SMP Internasional PASIAD milik negera Turki.
Jabatan:
1. Ketua Tanfidiyah PCNU Kota Malang 2 periode
2. Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad
3. Anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang
4. Dosen Humaniora dan Budaya UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
5. Penulis tetap di Media Ummat rubrik Mutiara Hadits dan Tanya Jawab
6. Imam dan khotib, pemateri pengajian tetap Masjid Agung Jami’ Malang
7. Imam dan khotib, pemateri pengajian tetap masjid Sabililillah Malang dan
banyak masjid besar lainnya
Karya Beliau
Pada tahun 2010 ada satu karya dari tulisan beliau
yang monumental yang kini sudah puluhan kali cetak ulang dan disampaikan di
hampir ke seluruh penjuru nusantara, yaitu Al-Muqtathafat li ahl al-Bidayat.
Buku ini berisi sanggahan kepada beberapa kelompok terutama salafi wahabi yang
suka membid’ahkan amaliah kaum Nahdliyyin, dikutip dari dalil-dalil Al-Quran,
As-Sunnah dan kaidah Ushul Fiqh. Buku ini masih diperuntukkan untuk kalangan
terbatas karena masih berbahasa Arab, yakni para pecinta ilmu, kalangan santri
dan pengurus NU. Harapan beliau buku tersebut bisa disampaikan kepada orang
lain, manakala sudah dibacakan dan diijazahkan oleh pengarangnya langsung.
Sumber: https://pwnujatim.or.id/profil-kh-marzuqi-mustamar/
Penampilan beliau
sederhana dan apa adanya. Beliau tidak pernah neko-neko. Karena begitu
sederhananya, kadang orang tidak mengira bahwa beliau adalah seorang kyai. Di
balik kesederhanaan beliau tersimpan lautan ilmu yang begitu luas. Kiprah
beliau di masyarakat sudah tidak diragukan lagi. Gaya bicara beliau yang tegas
dan lugas menjadi salah satu ciri khas beliau. Lahir
Penampilan beliau sederhana dan apa adanya. Beliau
tidak pernah neko-neko. Karena begitu sederhananya, kadang orang tidak mengira
bahwa beliau adalah seorang kyai. Di balik kesederhanaan beliau tersimpan
lautan ilmu yang begitu luas. Kiprah beliau di masyarakat sudah tidak diragukan
lagi. Gaya bicara beliau yang tegas dan lugas menjadi salah satu ciri khas
beliau.
Lahir
KH Marzuqi Mustamar lahir di Blitar tanggal 22
September 1966. Sungguh beruntung Kyai Marzuqi karena dilahirkan dalam keluarga
yang taat beribadah sekaligus mengerti agama. Ya, abahnya adalah seorang kyai.
Alhasil, sejak kecil Kyai Marzuqi dibesarkan dan dididik oleh kedua orang tua
beliau dengan disiplin ilmu yang tinggi. Di bawah pengawasan orang tua beliau
inilah putra dari Kyai Mustamar dan Nyai Siti Jainab ini mulai belajar
Al-Qur’an dan dasar-dasar ilmu agama.
Keluarga
Pada tahun 1994, KH Marzuqi Mustamar memulai
hidup baru. Beliau mempersunting salah seorang santriwati Pondok Nurul Huda
yang bernama Saidah. Sang istri merupakan putri Kyai Ahmad Nur yang berasal
dari Lamongan. Kyai Marzuqi sangat bersyukur sekali sebab gadis yang menjadi
pendamping hidup beliau adalah seorang hafidzoh (hafal Al-qur’an).
Istri: Hj. Saidah
Putra-Putri:
1.Habib Nur Ahmad
2.Diana Nabila
3.Millah Shofiya
4.M. ‘Izzal Maula
5.‘Izza Nadila
6.Rossa Rahmania
7.Dina Roisah Kamila
Putra-Putri:
1.Habib Nur Ahmad
2.Diana Nabila
3.Millah Shofiya
4.M. ‘Izzal Maula
5.‘Izza Nadila
6.Rossa Rahmania
7.Dina Roisah Kamila
Pendidikan
Selain dididik disiplin ilmu yang tinggi, ternyata
beliau waktu kecil sudah dididik tentang kemandirian agar memiliki etos kerja
yang tinggi dengan cara memelihara kambing dan ayam petelur milik Bu Lik Umi
Kultsum. Dengan memelihara kambing dan ayam petelur inilah, beliau mendapat
pelajaran bagaimana membimbing umat islam, dan bagaimana menjadi pemimpin.
Pendidikan Dini
Saat duduk di kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah sampai
sebelum belajar di Malang, anak kedua dari delapan bersaudara ini mulai belajar
ilmu nahwu, shorof, tasawuf dan ilmu fikih kepada Kyai Ridwan dan Kyai-Kyai
lain di Blitar. Sejak SMP, beliau diminta mengajar Al-Qur’an dan kitab-kitab
kecil lainnya kepada anak-anak dan tetangga beliau. Pada usia yang masih belia
tersebut, beliau sudah mengkhatamkan dan faham kitab Mutammimah pada saat
beliau kelas 3 SMP.
Selepas dari SMP Hasanuddin, beliau melanjutkan ke
Madrasah Aliyah Negeri Tlogo Blitar. KH Marzuqi Mustamar muda
merupakan pemuda yang beruntung sebab di usia beliau yang masih belia itu,
beliau sudah mendalami ilmu agama ke beberapa orang kyai di Blitar. Di
antaranya, beliau mendalami ilmu balaghoh dan ilmu mantek kepada Kyai Hamzah.
Mendalami ilmu fikih kepada Kyai Abdul Mudjib dan ngaji Ilmu Hadits kapada Kyai
Hasbullah Ridwan.
Ketika beliau duduk di bangku Aliyah, beliau sudah
khatam kitab Hadits Muslim dan kitab-kitab kecil lainnnya. Sebelum beliau
belajar di Malang, selama di Blitar yang mengajar beliau adalah Orangtua
beliau, Kyai Hasbullah Ridwan yang masih eyang beliau, Kyai Hamzah dan Kyai
Mujib adalah guru beliau di MAN Tlogo.
Setamat dari MAN Tlogo pada tahun 1985, kyai
kelahiran 22 September 1966 ini melanjutkan jenjang pendidikan formalnya di
IAIN (sekarang UIN Maulana Malik Ibrahim) Malang, yang waktu itu masih
merupakan cabang IAIN Sunan Ampel Surabaya. Untuk menambah ilmu agama yang
sudah beliau dapat, Kyai yang juga Anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang ini
nyantri kepada KH A Masduqi Machfudz di Pondok Pesantren Nurul Huda Mergosono.
Mengetahui kecerdasan dan keilmuan Kyai Marzuqi yang di atas rata-rata
santrinya yang lain, akhirnya Kyai Masduki memberi amanah kepada Kyai Marzuki
untuk membantu mengajar di pesantrennya, meskipun saat itu Kyai Marzuki masih
berusia 19 tahun. “Saat itu saya diminta untuk mengajar kitab Fathul Qorib bab
buyuu’ (jual-beli),” Kenang kyai yang juga Dosen Fakultas Humaniora dan Budaya
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini.
Berguru pada KH Masduqi Mahfudz
Selain itu, KH Marzuqi Mustamar juga
beruntung, karena beliau seringkali diminta untuk mendampingi dakwah KH A
Masduqi Machfudz saat mengisi pengajian maupun dalam rapat-rapat organisasi
kemasyarakatan. Dari sinilah Kyai marzuki mulai mengetahui betapa beratnya
tugas seorang ulama dalam mengayomi umat. Dari gurunya yang juga Rois Syuriah
NU Wilayah Jawa Timur itu, Kyai Marzuqi belajar akan keistikomahan menjadi
seorang guru. Kyai Masduki Mahfudz itu meskipun pulang malam hari dari mengisi
pengajian, beliau selalu membangunkan para santrinya untuk mengaji,” ungkap
Kyai Marzuqi.
Salah satu kelebihan beliau, saat masih duduk di
bangku kuliah, Kyai Marzuqi sudah biasa memberikan kursus nahwu kepada
mahasiswa yuniornya. Namun, ternyata, banyak juga mahasiswa yang tidak hanya
belajar nahwu, namun juga mengaji kitab kepadanya. Dengan begini, keilmuan
beliau semakin terasah. Kemudian pada tahun 1987 Kyai berputra tujuh ini
mendapatkan kesempatan belajar di LIPIA Jakarta. Setelah menempuh dua tahun
masa studinya di sana, Kyai Marzuqi kembali ke Malang untuk membantu mengajar
di pesantren Nurul Huda, Mergosono dan melanjutkan kuliah S-1.
Ringkasan Pendidikan
1. TK Muslimat Karangsono Kanigoro, Blitar tahun
1972
2. MI. Miftahul ‘Ulum, Tahun 1979
3. SMP Hasanuddin, Tahun 1982
4. MAN Tlogo, Tahun 1985
5. PP. Nurul Huda, Mergosono
6. LIPIA Jakarta, Tahun 1988
7. S-1 IAIN Malang, Tahun 1990
8. S-2 UNISLA, Tahun 2004
2. MI. Miftahul ‘Ulum, Tahun 1979
3. SMP Hasanuddin, Tahun 1982
4. MAN Tlogo, Tahun 1985
5. PP. Nurul Huda, Mergosono
6. LIPIA Jakarta, Tahun 1988
7. S-1 IAIN Malang, Tahun 1990
8. S-2 UNISLA, Tahun 2004
Jasa
dan Karya Beliau
Selang satu bulan setelah menikah, KH
Marzuqi Mustamar bersama istri mencoba mengadu nasib dan hidup
mandiri. Saat itu Kyai Marzuqi memilih daerah Gasek, Kecamatan Sukun sebagai
tempat jujugan beliau. Pada mulanya, beliau mencari rumah kontrakan yang dekat
dengan masjid. Dan akhirnya, beliau ngontrak di rumah salah seorang warga yang
bernama pak Har. Setelah segala sesuatunya dianggap cukup, Kyai Marzuqi akhirnya
menempati tempat yang baru. Pada saat beliau boyongan, tak lupa santri-santri
Pondok Nurul Huda ikut mengantarkan Kyai Marzuqi boyongan ke tempat barunya dan
membantu usung-usung barang-barang dan kitab-kitab guru mereka.
Tanpa diduga sebelumnya, pada hari pertama beliau
menempati rumah itu, ternyata sudah banyak santri yang datang mengaji kepada
beliau. Di rumah yang sederhana itulah Kyai Marzuqi mengajar para santri
beliau. Mereka yang waktu itu belajar merupakan cikal bakal santri dan
pesantren beliau yang kini menjadi benteng utama umat di wilayah Gasek. Karena
santrinya semakin bertambah banyak maka rumah beliau tidak memadai sebagai
tempat belajar mereka. Namun, alhamdulillah, Allah SWT memberikan jalan. Waktu
itu di daerah Gasek sudah ada Yayasan Sabilurrosyad yang sudah memiliki lahan
luas. Namun, setelah beberapa tahun didirikan Yayasan ini belum bisa berkiprah
secara optimal. Akhirnya Kyai Marzuqi bekerjasama dengan Yayasan Sabilurrosyad
mendirikkan sebuah pesantren dengan Nama Sabilurrosyad.
Aktivitas
Selain sibuk membimbing para santri, kyai yang
pernah menjabat sebagai Ketua Jurusan Bahasa Arab Universitas Islam Malang ini
juga disibukkan dengan urusan ummat. Tiada hari tanpa memberikan pengajian atau
mauidzhoh kepada umat. Mulai mengisi pengajian dari masjid ke masjid, blusukan
keliling kampung dan lain sebagainya. Saat ini, KH Marzuqi Mustamar juga
aktif di berbagai organisasi keagamaan di antara sebagai Ketua Tanfidiyah PCNU
Kota Malang dan anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang. Kedalaman ilmunya sangat
dirasakan oleh umat. Sebagai contoh beliau menyusun sebuah kitab, tentang
dasar-dasar atau dalil-dalil amaliyah yang dilakukan oleh warga nahdhiyyin.
Melalui kitab ini, Kyai Marzuki ingin membuka mata umat bahwa amalan mereka ada
dasar hukumnya, sekaligus menjawab tuduhan-tuduhan orang-orang yang tidak
setuju dengan sebagian amaliyah warga Nahdhiyyin. Saking hebat dan lugasnya
beliau menerangkan itu semua, sampai-sampai Kyai Baidhowi, Ketua MUI Kota
Malang memberi julukan “Hujjatu NU”. “Kalau Imam al-Ghozali dikenal sebagai
Hujjatul Islam, maka Kyai Marzuki ini Hujjatu NU” Demikian pernyataan Kyai
Baidhowi dalam beberapa kesempatan.
Meski kegiatan beliau sangat padat, namun, Kyai
yang juga penasehat FKUB ini tetap berusaha untuk menjadi orangtua yang baik.
Beliau begitu dekat dan akrab dengan anak-anak beliau yang masih kecil-kecil
itu. Tak jarang pula, beliau ikut mengantarkan atau menjemput putra putri
beliau sekolah. Dari hasil pernikahan dengan Bu Nyai Saidah, Kyai marzuqi
dikaruniai tujuh orang putra. Dua laki-laki dan lima perempuan. Semua putra
putrinya disekolahkan di SD Sabilillah Blimbing. Kecerdasan Kyai Marzuqi
sepertinya menurun kepada putra-putrinya, terbukti dengan nilai mereka yang
seringkali mendapat nilai sempurna termasuk pelajaran eksakta. Bahkan beberapa
waktu yang lalu putri beliau menjadi juara Olimpiade Matematika di Yogyakarta
dan kini sekolah di SMP Internasional PASIAD milik negera Turki.
Jabatan:
1. Ketua Tanfidiyah PCNU Kota Malang 2 periode
2. Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad
3. Anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang
4. Dosen Humaniora dan Budaya UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
5. Penulis tetap di Media Ummat rubrik Mutiara Hadits dan Tanya Jawab
6. Imam dan khotib, pemateri pengajian tetap Masjid Agung Jami’ Malang
7. Imam dan khotib, pemateri pengajian tetap masjid Sabililillah Malang dan banyak masjid besar lainnya
1. Ketua Tanfidiyah PCNU Kota Malang 2 periode
2. Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad
3. Anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang
4. Dosen Humaniora dan Budaya UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
5. Penulis tetap di Media Ummat rubrik Mutiara Hadits dan Tanya Jawab
6. Imam dan khotib, pemateri pengajian tetap Masjid Agung Jami’ Malang
7. Imam dan khotib, pemateri pengajian tetap masjid Sabililillah Malang dan banyak masjid besar lainnya
Karya Beliau
Pada tahun 2010 ada satu karya dari tulisan beliau
yang monumental yang kini sudah puluhan kali cetak ulang dan disampaikan di
hampir ke seluruh penjuru nusantara, yaitu Al-Muqtathafat li ahl al-Bidayat.
Buku ini berisi sanggahan kepada beberapa kelompok terutama salafi wahabi yang
suka membid’ahkan amaliah kaum Nahdliyyin, dikutip dari dalil-dalil Al-Quran,
As-Sunnah dan kaidah Ushul Fiqh. Buku ini masih diperuntukkan untuk kalangan
terbatas karena masih berbahasa Arab, yakni para pecinta ilmu, kalangan santri
dan pengurus NU. Harapan beliau buku tersebut bisa disampaikan kepada orang
lain, manakala sudah dibacakan dan diijazahkan oleh pengarangnya langsung.
إرسال تعليق