Karena akun FB saya di-tag oleh saudara-saudara kami di Lombok dan meminta jawaban atas ulah seorang ustaz dari Salafi yang melarang ziarah kubur para ulama, sembari mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas diucapkan, maka saya berjanji akan menuliskan dalilnya.
Sebenarnya sudah ada seorang ustaz di Lombok yang memberi jawaban lengkap dalam hukum Fikih. Bisa anda baca di link berikut:
Saya hanya akan memberi jawaban atas dalil dari Ustaz Salafi. Beliau sama seperti Salafi lainnya melarang melakukan perjalanan ziarah makam para ulama dengan mengutip riwayat:
ﻋﻦ ﻗﺰﻋﺔ، ﻗﺎﻝ: ﺳﺄﻟﺖ ابن ﻋﻤﺮ: ﺁﺗﻲ اﻟﻄﻮﺭ؟ ﻗﺎﻝ: «ﺩﻉ اﻟﻄﻮﺭ ﻭﻻ ﺗﺄﺗﻬﺎ»، ﻭﻗﺎﻝ «ﻻ ﺗﺸﺪﻭا اﻟﺮﺣﺎﻝ ﺇﻻ ﺇﻟﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﻣﺴﺎﺟﺪ»
Qaza'ah berkata: "Saya bertanya kepada Ibnu Umar apakah saya boleh mendatangi bukit Thur?" Ibnu Umar menjawab: "Tinggalkan Thur, jangan kau datangi. Tidaklah diperbolehkan melakukan perjalanan kecuali ke 3 Masjid" (Mushannaf Ibni Abi Syaibah)
Hadis yang dijadikan dalil oleh Syekh Ibnu Taimiyah dan para pengikutnya yang melarang melakukan ziarah ke makam ulama adalah hadis berikut:
لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَسْجِدِ الْأَقْصَى
"Tidak diperbolehkan melakukan perjalanan kecuali ke tiga masjid, yaitu masjid al-Haram, masjid Rasulullah -Madinah- dan masjid al Aqsha" (HR al-Bukhari dan Muslim)
Penafsiran dari Al-Hafidz Ibnu Hajar ini berdasarkan takhsis dari hadis lain;
لاَ يَنْبَغِي لِلْمَطِيِّ أَنْ تُشَدَّ رِحَالُهُ إِلَى مَسْجِدٍ يُبْتَغَى فِيْهِ الصَّلاَةُ غَيْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَالْمَسْجِدِ اْلأَقْصَى وَمَسْجِدِي هَذَا (رواه أحمد وشهر فيه كلام وحديثه حسن)
"Seharusnya bagi pengendara tidak melakukan perjalanan ke suatu masjid untuk melaksanakan salat disana, selain masjid al-Haram, masjid al-Aqsha dan masjidku" HR Ahmad.
Al-Hafidz Al-Haitsami berkata: "Di dalam sanadnya terdapat Syahr bin Hausyab, hadisnya hasan" (Majma' az-Zawaid IV/7). Al-Hafidz Ibnu Hajar juga menilainya hasan dalam Fathul Bari III/65)
Al-Hafidz Ibnu Hajar memberi kesimpulan yang sekaligus membantah pendapat mereka:
فَيَبْطُلُ بِذَلِكَ قَوْل مَنْ مَنَعَ شَدَّ اَلرِّحَال إِلَى زِيَارَةِ اَلْقَبْرِ اَلشَّرِيفِ وَغَيْره مِنْ قُبُورِ الصَّالِحِينَ وَاَلله أَعْلَمُ
“Maka batal-lah pendapat ulama yang mengatakan dilarangnya ziarah ke makam Rasulullah dan dan makam orang-orang shaleh” (Fathul Bari IV/197)
Perjalanan Ziarah Kubur
Adakah riwayat secara khusus dari kalangan Sahabat yang melakukan perjalanan ziarah kubur? Ada.
ﻗﺎﻝ اﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻣﻠﻴﻜﺔ ﻟﻤﺎ ﺗﻮﻓﻲ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺑﻜﺮ ﺑﺎﻟﺤﺒﺸﻲ ﺃﺗﻲ ﻳﻌﻨﻰ ﺑﻪ ﺣﺘﻰ ﺩﻓﻦ ﺑﻤﻜﺔ ﻓﻈﻌﻨﺖ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﻣﻦ اﻟﻤﺪﻳﻨﺔ ﻓﺄﻗﺒﻠﺖ ﺣﺘﻰ ﻭﻗﻔﺖ ﻋﻠﻰ قبره ﺛﻢ ﺑﻜﺖ ﻋﻠﻴﻪ
Ibnu Abi Mulaikah berkata bahwa saat Abdurrahman bin Abu Bakar (Saudara Aisyah) wafat di Habasyah dan dikubur di Makkah maka Aisyah berangkat dari Madinah kemudian sampai hingga ia berdiri di makam saudaranya, Aisyah menangisinya (Ibnu Asakir, Tarikh Dimasyq)
Sama dengan riwayat berikutnya:
عن عبد الله بن أبي مليكة : أن عائشة أقبلت ذات يوم من المقابر فقلت لها : يا أم المؤمنين من أين أقبلت ؟ قالت : من قبر أخي عبد الرحمن بن أبي بكر فقلت لها : أليس كان رسول الله صلى الله عليه و سلم نهى عن زيارة القبور قالت نعم كان نهى ثم أمر بزيارتها (رواه الحاكم)
Aisyah pulang dari makam, ia ditanya dari mana? Aisyah jawab: “Dari kubur saudaraku”. Ditanya: “Bukankah ziarah dilarang?” Ia jawab: “Dulu Nabi melarang, lalu Nabi perintahkan ziarah kubur” (HR al-Hakim)
Oleh: KH. Ma'ruf Khozin -
Ketua Aswaja Center PWNU Jatim
إرسال تعليق