Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ،
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى
اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا
إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ
الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْاٰنَ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي الْقُرْآنِ العَظِيْمِ : اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ
وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ
Maasyiral Muslimin rahimakumullah.
Idealisme orang tua untuk menjadikan anaknya agar
mahir dalam membaca Al-Qur’an tentu merupakan hal yang baik. Tetapi menuju
kesana jelas tidak cukup jika hanya bermodalkan idelasime atau cita-cita saja.
Cita-cita mulia ini mutlaq harus dibarengi dengan kesungguhan orang tua dalam
mengantarkan anak-anaknya agar menjadi mahir dalam membaca Al-Qur’an.
Rasulullah SAW dalam salah satu haditsnya bersabda:
اَدِّبُوْا اَوْلَادَكُمْ عَلَى ثَلَاثِ
خِصَالٍ : حُبِّ نَبِيِّكُمْ وَحُبِّ اَهْلِ بَيْتِهِ وَ قِرَأَةُ الْقُرْأَنِ (رواه
الديلمي)
Artinya: “Didiklah anak-anak kalian dengan tiga
macam perkara yaitu mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta membaca
Al-Qur’an.” (H.R Ad-Dailami)
Maasyiral Muslimin
rahimakumullah.
Jika kita melihat hadits di atas, tugas untuk
mengajarkan anak agar bisa membaca Al-Qur'an pertama adalah kewajiban orang tua,
bukan kewajiban guru. Namun pada kebanyakan, dengan berbagai macam faktor. Entah
itu karena ketidak-mampuan, karena tidak-sabaran orang tua, karena kesibukan
yang dimiliki atau faktor-faktor lain. Sehingga membuat orang tua memilih
menitipkan pendidikan belajar membaca Al-Qur'an anak-anaknya kepada lembaga
pendidikan atau Madarsah Diniyah. Hal ini adalah sesuatu yang lumrah juga baik.
Dan sudah sangat lazim terjadi dimanapun.
Sebagai seorang muslim, mampu membaca Al-Qur'an menjadi
sebuah keharusan. Karena Al-Qur’an adalah kitab suci kita, Al-Qur’an sebagai
pedoman utama dalam menjalani kehidupan dan berinteraksi terhadap Al-Qur'an
akan mendatangkan banyak nilai-nilai kebaikan. Keberadaan Lembaga Pendidikan
Al-Qur'an ataupun Madrasah Diniyah memiliki peranan penting di tengah-tengah
masyarakat. Karena didalamnya ada aktifitas belajar dan mengajarkan Al-Qur'an.
Di lembaga inilah anak-anak kita di didik untuk dapat membaca Al-Qur'an dan
mencintai Al-Qur'an.
Namun ada hal yang perlu kita ingat bersama, sebaik
apapun sebuah lembaga pendidikan Al-Qur’an, semegah apapun bangunannya, sebagus
apapun manajemen yang dimiliki dan selengkap apapun fasilitas didalamnya tidak
akan berjalan jika tidak ada ruh yang menghidupkannya. Siapakah ruh-ruh itu? Ruh-ruh
itu adalah mereka para guru ngaji, para pengajar Al-Qur’an. Rasulullah SAW
memberikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada mereka para guru ngaji,
mereka para pengajar Al-Qur’an. Sebagaimana dalam salah satu sabda beliau:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْاَنَ
وَ عَلَّمَهُ (رواه البخارى(
Artinya: "Sebaik-baik kalian adalah orang
yang belajar dan mengajarkan Al-Qur'an", (HR. Bukhori)
Ada juga riwatat lain yang menjelaskan mengenai
keutamaan bagi mereka yang mau mengajarkan Al-Qur'an. adapun riwayat ini dapat
kita lihat pada kisah yang pernah diceritakan oleh sahabat Uqbah ibn Amr:
"Suatu ketika Nabi Muhammad SAW ke luar
rumah, sementara para sahabat para sahabat berada di shuffah (serambi atau
selasar masjid). Beliau bersabda, "Siapa diantara kalian yang suka pergi
ke lembah Batkhan atau Aqiq dan membawa pulang dua unta berpunggung besar tanpa
harus berdosa dan memutuskan hubungan kekerabatan?', Para sahabat menjawab,
"Kami semua suka ya Rasulallah'. Kemudia beliau bersabda, "Mengapa
tiada yang pergi ke masjid untuk mengajarkan atau membaca dua ayat Allah, yang
itu jauh lebih baik daripada dua unta. Tiga ayat lebih baik daripada tiga unta.
Empat ayat lebih baik daripada empat unta dan seterusnya."
Maasyiral Muslimin
rahimakumullah.
Itulah di antara kemuliaan para guru ngaji,
kemuliaan para pengajar Al-Qur'an. merekalah yang menjadi ruh lembaga-lembaga
pendidikan Al-Qur’an. Jika Rasulullah SAW memberikan apresiasi yang begitu
tinggi bagi mereka yang mau mengajarkan Al-Qur’an, kita sebagai orang tua
haruslah juga demikian. Karena jasa dari guru-guru ngaji inilah yang menjadi
perantara anak-anak kita mampu untuk membaca Al-Qur’an.
Namun pada kenyataannya kita dapat melihat bahwa apresiasi
dan perhatian kebanyakan orang tidak begitu besar kepada para guru ngaji. Hal
ini dapat dibuktikan dari sisi besaran biaya yang dibayarkan kepada lembaga
pendidikan Al-Qur’an. Seperti Taman Pendidikan Al-Qur’an ataupun Madrasah Diniyah.
Saat ini biaya SPP di TPQ mungkin hanya kisaran 30.000 sampai dengan 50.000.
Tetapi masih ada saja sebagian yang telat bayar, menunggak dan bahkan masih ada
yang menawar agar diberikan keringanan. Tetapi akan menjadi berbeda jika biaya
itu dikeluarkan untuk membayar bimbel atau kursus pelajaran umum. Seratus atau
dua ratus ribu perbulan kebayakan orang tua akan mampu dan tidak lagi ada tawar
menawar.
Kebanyakan dari kita masih menganggap guru ngaji sebagai
profesi yang biasa saja, padahal jasa mereka dalam menanamkan karakter bisa
membaca Al-Qur'an pada anak-anak sungguh sangat besar. Dari guru-guru ngaji inilah
anak-anak kita atau mungkin juga kita bisa mengenal pondasi awal bagaimana cara
membaca Al-Qur'an. Mengenal huruf alif, ba', ta' dan seterusnya. Adanya para
huffadz, para tahfidz Al-Qur'an tentu tidak dapat lepas dari peran para guru
ngaji. Sebelum mereka masuk dalam tahapan menghafal Al-Qur'an, jelas mereka
akan belajar bagaimana cara mengenal huruf hija'iyah, sedikit demi sedikit
mulai belajar membaca, jika sudah lancar kemudian barulah mulai menghafal.
Tahapan menjadi tahfidz Al-Qur'an tidak bisa lepas dari peran para guru ngaji.
Maasyiral Muslimin
rahimakumullah.
Diakui atau tidak memang kebanyakan seperti itulah
yang terjadi. Hal seperti ini dapat kita jadikan auto kritik bagi kita semua.
Bahwa peran guru ngaji tidak hanya sebatas mengajarkan baca tulis Al-Qur’an
saja, namun didalamnya ada nilai-nilai dakwah. Hidup atau tidaknya, berkembang
atau stagnasinya lembaga pendidikan Al-Qur’an maupun madrasah diniyah yang ada
di sekitar kita adalah tanggung jawab kita bersama. Karena didalamnya tidak
hanya sekedar dijadikan sebagai tempat aktifitas transfer ilmu agama, tetapi
juga sebagai tonggak estafet dakwah Islam. Dari santri-santri dan murid-murid
yang ada di TPQ atau Madrasah Diniyah inilah yang akan menjadi penerus
perjuangan Islam di masa mendatang.
Mari kita rubah mindset kebanyakan dari kita
yang masih menganggap bahwa profesi guru ngaji adalah sesuatu yang biasa saja.
Sehingga perlakuan dan perhatian kita kepada mereka juga biasa saja. Jika boleh
jujur, saat ini gaji para guru ngaji rata-rata hanya kisaran 300.000 sampai
500.000 perbulan. Bahkan tidak sedikit yang di bawah itu. Kalau kita bandingkan
dengan taraf hidup saat ini, tentu nominal tersebut jauh dari kata sejahtera.
Memang Lembaga Pendidikan Al-Qur’an bukanlah sebuah lemabag pendidika profit, bukan lembaga yang berorientasi pada
untung dan rugi. Tetapi kita juga tidak boleh tutup mata bahwa guru ngaji juga
memiliki kebutuhan yang harus mereka penuhi sehari-harinya.
Lantas apa sumbangsih yang dapat kita berikan kepada
mereka? Jika kita memiliki rizki berlebih, berikanlah sebahagian rizki kita
kepada mereka, meminta doa dan ridha dari mereka. Agar ilmu yang di dapat oleh
anak-anak kita menjadi ilmu yang bermanfaat. Baik di dunia terlebih untuk
akhirat kelak.
Maasyiral Muslimin
rahimakumullah.
Terakhir, mengutip apa yang pernah disampaikan oleh
Sayyidan Ali tentang keutamaan guru. Beliau pernah berkata:
أَنَا عَبْدُ مَنْ عَلَّمَنِي حَرْفًا وَاحِدًا
إِنْ شَاءَ بَاعَ وَإنْ شَاءَ اَعْتَقَ وَإِنْ شَاءَ استَرَقَ
Artinya: “Aku adalah hamba seseorang yang mengajariku satu huruf. Jika dia mau silahkan dia menjualku, atau memerkedakanku, atau tetap menjadikanku sebagai budaknya.”
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا
ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ
وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ
وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ .أَمَّا
بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ
الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ،
أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ
اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ
الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالْأَمْوَاتِ، اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ
وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ
وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا
هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيْرٌ. عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ
وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ،
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ.
فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
versi pdf silahkan download disini
إرسال تعليق