Khutbah I
اَلْحَمْدُ
لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْإِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ.
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى
اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ
الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ
أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي الْقُرْآنِ
العَظِيْمِ:
قُلْ
يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ
رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ
الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Maasyiral Muslimin rahimakumullah.
Berbicara tentang kasih sayang, maka ilustrasi yang
paling tepat untuk mengungkapkan itu adalah ibu. Kenapa ibu? Karena ibu adalah
gambaran terbaik pemberi kasih sayang yang kasat mata, kasih sayang ibu adalah
wujud kasih sayang sempurna yang dapat dirasakan, kasih sayang seorang ibu
kepada anak bagai sinar mentari yang tak pernah lelah menerangi bumi beserta
isinya. Maka tak heran banyak lagu, sajak, puisi ataupun sya'ir-sya'ir yang
terinspirasi menggunakan rangkaian kata menggambarkan tentang ibu dan kasih
sayangnya.
Ketika anak sakit, ibulah yang pertama kali
merasakan pedihnya. Saat melihat anaknya murung, ibulah yang pertama dibuat
bingung. Saat melihat anaknya sedih, seorang ibu jua akan merasakan sedih,
bahkan kesedihannya akan melampau kesedihan yang dirasakan si anak. Itulah
gambaran-gambaran kasih sayang ibu. Tentu hanyalah sebahagian, ada hal-hal lain
yang jauh lebih dalam lagi untuk mengungkap kasih sayang ibu yang barangkali
tidak ada narasi yang tepat untuk mewakilinya. Karena terlalu besarnya wujud
kasih sayang yang dimiliki oleh seorang ibu, sehingga kata dan kalimat tidak
akan cukup untuk menerjemahkan. Ibu adalah samudera kehidupan yang mampu
menampung segala keluh kesah anak-anaknya. Ibu adalah wujud kasih sayang sejati
di dunia ini.
Maasyiral Muslimin rahimakumullah.
Tetapi tahukah kita, kasih sayang ibu yang begitu
besarnya, yang kita lihat wujud kasih sayangnya tanpa tepi, sayangnya tanpa
pamrih, adalah bagian dari satu rahmat
Allah yang Allah berikan untuk makhluknya di muka bumi. Karena rahmat Allah
inilah ibu memiliki kasih sayang kepada anaknya, karena rahmat inilah hewan
saling berkasih sayang dengan yang lain, karena rahmat inilah binatang buaspun
memiliki rasa iba pada peranakannya, karena rahmat inilah si induk lembu mengangkat
kakinya karena takut menginjak dan menyakiti anaknya. Rasulullah SAW bersabda:
اِنَّ
اللهَ تَعَالَى خَلَقَ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ مِائَةَ
رَحْمَةٍ، كُلُّ رَحْمَةٍ طِبَاقُ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ،
فَجَعَلَ مِنْهَا فِي الْأَرْضِ رَحْمَةً فَبِهَا تَعْطِفُ الْوَالِدَةُ عَلَي
وَلَدِهَا، وَالْوَحْشُ وَالطَّيْرُ بَعْضُهَا عَلَى بَعْضٍ، فَإِذَا كَانَ يَوْمُ
الْقِيَامَةِ اَكْمَلَهَا بِهَذِهِ الرَّحْمَةِ.
Artinya: "Tatkala Allah menciptakan langit dan
bumi, Dia juga menciptakan rahmat sebanyak seratus, dimana masing-masing rahmat
itu memenuhi langit dan bumi. Maka diletakkan satu rahmat daripadanya di bumi.
Dan dengan itu, ibu mempunyai kasih sayang kepada anaknya, demikian juga
binatang dan burung saling berkasih sayang antara yang satu dengan yang
lainnya. Dan pada hari kiamat akan dilengkapi seratus rahmat itu."
Hadits ini menjelaskan bahwa kasih sayang ibu yang
kita lihat begitu besarnya adalah karena satu dari seratus rahmat Allah yang
diberikan di dunia. Dan rahmat ini tidak hanya diberikan kepada sosok ibu,
tetapi juga kepada seluruh makhluk Allah yang ada di bumi. Allah menciptakan
seratus rahmat. Satu untuk saat ini, sisanya akan diberikan saat di akhirat
nanti. Tidak dapat kita bayangkan bagaimana luasnya rahmat Allah SWT yang
jumlahnya ada seratus. Satu saja ditampakkan di dunia, seakan akan dunia
diliputi rasa kasih sayang lantaran sayangnya ibu kepada anak, padahal hanya
satu rahmat.
Maasyiral Muslimin
rahimakumullah.
Pada salah satu riwayat yang datang dari sahabat
Umar ibn Khattab r.a, ia berkisah: "Telah dihadapkan beberapa tawanan
kepada Rasulullah SAW, tiba-tiba ada seorang wanita dalam tawanan itu bingung
mencari anaknya, dan setiap melihat anak kecil dalam rombongan tawanan itu
langsung diangkat dan disusui. Maka Rasulullah bersabda: "Apakah kamu
menyangka bahwa wanita itu akan melemparkan anaknya ke dalam api neraka?".
Para sahabat menjawab: "Demi Allah, tentu tidak". Nabi SAW bersabda:
" Allah itu lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya melebihi kasih sayangnya
seorang wanita itu kepada anaknya". (HR. Bukhari dan Muslim)
Kasih sayang ibu yang pernah kita rasakan sungguh
sangat besar, tetapi kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya jauh melampaui
itu. Melihat luasnya rahmat Allah, sungguh tak pantas jika kita sebagai manusia
beriman memiliki sifat putus asa. Putus asa sama halnya dengan memutus harapan
kepada Allah, tidak percaya bahwa rahmat Allah menaungi seluruh makhluk-Nya.
Hal ini tentu bertentangan dengan apa yang ada di dalam Al-Qur'an. Allah SWT
berfirman dalam surah al-A'raf ayat 156 yang berbunyi:
وَرَحْمَتِيْ
وَسِعَتْ كُلَّ شَيءٍ
Artinya: "Dan rahmat-Ku meliputi segala
sesuatu." (QS. Al-A'far: 156)
Maasyiral Muslimin
rahimakumullah.
Putus asa bukan jati diri seorang mukmin. Ingatlah
bahwa kita memiliki Tuhan yang menguasai segalanya. Hanya kepada Dialah kita
bergantung, Dia Maha Berkehendak, Dialah Sang Penguasa taqdir manusia. Apapun
permasalahan kita, cobaan yang Allah berikan ataupun musibah yang kita terima
jangan jadikan itu semua menjadi sebab kita berputus asa. Terlebih, perilaku
putus asa dapat mengantarkan pelakunya kepada kekufuran, bahkan kepada
kekafiran. Allah SWT berfirman dalam surah Yusuf ayat 87:
وَلَا
تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللهِ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا
الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
Artinya: “Dan janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum
yang kafir.” (QS. Yusuf: 87)
Maasyiral Muslimin
rahimakumullah.
Berharap kepada manusia kerap membuat kita kecewa,
tetapi tidak ketika kita berharap kepada Allah SWT. Karena Allah adalah
sebaik-baik harapan. Seberapapun dosa yang pernah kita lakukan. Andai saja dosa
kita bak buih di lautan, sebesar gunung ataupun seluas samudera jika kita mau
berharap dengan meminta ampun kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi ampun.
Banyaknya dosa yang kita miliki jangan pernah membuat kita memtuskan harapan
dari ampunan-Nya. Karena Dia adalah Dzat Yang Maha Pengampun. Dan Allah sangat
menyukai bila ada hamba yang memohon ampun atas dosa-dosa yang pernah
dilakukan.
Andaikan saja diseluruh dunia ini tidak ada manusia
yang berbuat dosa, maka Allah akan menciptakan manusia-manusia yang akan
berbuat dosa lalu mereka memohon ampunan dan Allah akan mengampuninya.
Sebagaimana sabda Baginda Nabi Muhammad SAW:
لَوْلاَ
أَنَّكُمْ تَذْنِبُوْنَ لَخَلَقَ اللهُ خَلْقاً يُذْنِبُوْنَ فَيَسْتَغْفِرُوْنَ
فَيَغْفِرُ لَهُمْ رَوَاهُ مُسلِمٌ))
Artinya: "Andai saja kalian semua tidak berbuat
dosa, pasti Allah akan menciptakan makhluk lain yang berbuat dosa lalu mereka
mau memohon ampun kepada-Nya. Kemudian Allah mengampuni mereka." (HR.
Muslim)
Maasyiral Muslimin
rahimakumullah.
Apa hikmah dari kehendak Allah yang demikian? Yakni
Allah SWT ingin menampakkan salah satu sifatnya yaitu al-Ghaffar, Allah
adalah Dzat Yang Maha Pengampun. Maka tiada alasan bagi kita untuk berputus asa
kepada rahmat-Nya. Sebagai penutup, mari kita simak bersama firman Allah SWT yang
terdapat pada Al-Qur’an surah az-Zumar ayat 53:
قُلْ
يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ
رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ
الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai
hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri,
janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa
semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.
az-Zumar: 53)
Maasyiral Muslimin rahimakumullah.
Orang-orang yang dalam ambang keputus-asaan mereka
kerap memiliki dorongan untuk bertindak melampaui batas dengan menganiaya
dirinya sendiri. Entah itu dilakukan dengan cara menyakiti fisiknya secara
langsung maupun tidak langsung. Perbuatan seperti tentu tak layak untuk
dilakukan. Karena masuk dalam kategori berprilaku putus asa. Menyadari bahwa
rahmat Allah sangatlah luas akan menajdi salah satu jalan keluar bagi mereka
orang-orang yang dalam ambang putus asa. Sehingga mereka tidak sampai berbuat
sesuatu yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Semoga kita selalu
mengingat akan luasnya rahmat yang dimiliki Allah SWT. Agar kita tidak termasuk
golongan orang-orang yang melampaui batas.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا
ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ
وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ
وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ .أَمَّا
بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ
الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ،
أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ
اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ
الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالْأَمْوَاتِ، اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ
وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ
وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا
خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيْرٌ. عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ
وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ،
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ.
فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
versi pdf silahkan download disini
إرسال تعليق