Tanggal 29 Juli 2023
Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi dan At Turmudzi, Rosululloh Saw memberikan penjelasan tentang keutamaan seorang dermawan yang tidak berilmu dibandingkan dengan seorang ahli ibadah yang kikir. Hadits tersebut adalah,
"اَلْجَاهِلُ السَّخِيُّ اَحَبُّ اِلَى اللّٰهِ مِنْ عَابِدٍ بَخِيْلٍ"
yang artinya "Orang bodoh yang dermawan lebih dicintai oleh Allah daripada seorang ahli ibadah yang kikir." (HR. Al-Baihaqi dan At Turmudzi).
Rosululloh Saw dengan bijaknya memberikan pandangan bahwa dermawan memiliki keutamaan yang lebih di sisi Allah daripada ahli ibadah yang kikir. Hal ini menegaskan bahwa kebaikan dan kebajikan seseorang tidak hanya terletak pada ibadah ritual semata, tetapi juga pada bagaimana seseorang berinteraksi dengan sesama dan berbagi kebaikan.
Dalam konteks ini, kebajikan seorang dermawan mencerminkan sikap pemurah hati dan kepedulian terhadap sesama, di mana mereka dengan tulus membantu orang lain dalam kesulitan dan memberikan bantuan kepada yang membutuhkan. Sebagai imbalan atas sikap dermawan tersebut, Allah SWT berjanji mencintai dan memberkati mereka.
Sementara itu, seorang ahli ibadah yang kikir menunjukkan sifat ketidakpedulian dan cenderung menyimpan harta untuk diri sendiri, tanpa memberikan manfaat kepada orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa ibadah semata tidak cukup untuk mencapai derajat keutamaan di sisi Allah, kecuali dilandasi oleh sikap dermawan dan kasih sayang terhadap sesama.
Rosululloh Saw mengajarkan umatnya untuk menjadi pribadi yang berilmu dan dermawan secara bersamaan. Kombinasi kedua sifat ini menjadi simbol kesempurnaan seorang muslim, di mana keilmuan memandu dalam beramal dan dermawan memastikan bahwa kebaikan yang dimiliki tidak hanya dirasakan sendiri, tetapi juga dinikmati oleh orang lain.
Dalam menyikapi hadits ini, umat Islam diajak untuk menggali ilmu pengetahuan dan senantiasa berusaha untuk menjadi lebih dermawan. Dengan begitu, umat Islam dapat mencapai keutamaan di sisi Allah, menjalin hubungan harmonis dengan sesama, dan berkontribusi nyata dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Semoga hadits ini menjadi pedoman bagi umat Islam dalam meniti kehidupan dengan penuh kebajikan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kita berharap bahwa pemahaman tentang keutamaan kebajikan ini dapat menjadi pendorong bagi umat untuk berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan dan menjalankan peran sebagai agen perubahan positif dalam masyarakat.
Wallahu a'lam bish-shawab.
Penulis: Moh. Bahri
إرسال تعليق