Oleh MN. Hidayat, M.Pd *)
Terhitung Kamis, 17 Agustus 2023 Indonesia
akan genap berusia 78 tahun. Di usianya yang tak lagi muda, seharusnya
masyarakat di republik ini bisa menunjukkan kedewasaan dan sikap bijaknya,
layaknya seseorang yang sudah berusia tiga perempat abad. Namun, nampaknya
sikap tersebut belum dimiliki oleh sebagian masyarakat Indonesia. Buktinya
masih ada sikap dan perilaku eksklusivisme kelompok yang mengusung tema primordialisme
di masyarakat. Perbedaan SARA pun tak segan untuk mereka bawa ke tengah
ruang publik. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemahaman mereka tentang pluralisme
dan kebhinnekaan masih tergolong rendah.
Negeri yang membentang luas dari Sabang sampai
Merauke, dari Miangas sampai pulau Rote ini dihuni oleh banyak etnik dengan
keragaman budaya, bahasa, adat istiadat, dan agama. Inilah realitas yang
harusnya kita terima dengan tulus sebagai bangsa Indonesia. Sebuah kenyataan
yang harusnya kita terima dengan hati yang lapang karena sesungguhnya
keberagaman yang ada di bumi ini adalah sunnatullah. Firman Allah SWT:
Dan di
antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
Ayat tersebut menunjukkan bahwa perbedaan
adalah sesuatu yang sudah dikehendaki oleh Tuhan. Perbedaan etnis, warna kulit,
bahasa, budaya, adat istiadat, dan yang lainnya bukanlah sesuatu yang
seharusnya dibesar-besarkan dan dipermasalahkan. Kebhinnekaan tersebut justru
seharusnya memberikan pelajaran dan hikmah bagi kita.
Di ayat yang lain Allah SWT. kembali
berfirman:
Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili menjelaskan bahwa
Allah SWT. menjadikan manusia beraneka suku dan berbeda bangsa agar mereka
dapat saling mengenal, dan tidak untuk saling meninggalkan atau saling
berbangga diri satu sama lain. Oleh karena itu, sebagi bangsa Indonesia, bangsa
yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, seharusnya kita memaklumi
kebhinnekaan yang ada di bumi pertiwi ini dan tidak memaksakan orang lain harus
sama dengan kita. Oleh karena itu, sikap saling menghormati mutlak harus dimiliki
oleh setiap elemen bangsa ini. Dialog antar etnis, budaya, agama, dan
organisasi sosial kemasyarakatan perlu untuk ditingkatkan intensitas dan
kualitasnya agar masing-masing individu maupun kelompok bisa saling memahami.
Di samping itu, dengan seringnya intensitas bertemu dalam forum-forum dialog,
maka kedekatan emosional pun akan muncul. Dengan demikian, kebersamaan dalam
kebhinnekaan “(kembali)” akan bisa terwujud. Karena hanya dengan semangat
kebersamaan itulah “jamrud kahtulistiwa” akan tetap mempesona. Wallahu a‘lam.
إرسال تعليق